TUGAS ILMU RIJAL
AL-HADIS.
Mata Kuliah :Rijal
Al-Hadis
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ هِشَامٍ، قَالَ:
حَدَّثَنَا مَخْلَدٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي
قِلابَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ بُجْدَانَ[ ج 1 : ص
196 ]، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : " الصَّعِيدُ الطَّيِّبُ وَضُوءُ الْمُسْلِمِ، وَإِنْ لَمْ يَجِدِ
الْمَاءَ عَشَرَ سِنِينَ
Telah mengabarkan kepada kami Amr
bin Hisyam dia berkata; telah menceritakan kepada kami Makhlad dari Sufyan dari
Ayyub dari Abu Qilabah dari Amr bin Bujdan dari Abu Dzar, dia mengatakan bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Debu yang suci adalah
alat wudlu bagi kaum muslim, walaupun ia tidak mendapatkan air selama sepuluh
tahun.[1](H.R An-Nasai).
Keterangan : Kitab
: Thaharah, Bab : beberapa salat dengan menggunakan satu tayamum, No. Hadist : 320.[2]
Untuk melihat kesahihan sebuah hadis, kaidah ilmu hadis menyatakan
bahwa yang pertama kali peru di teliti adalah sanadnya. Bila sanadnya
dinyatakan sahih, barulah matannya bias diperhatikan. Bila tidak maka matannya
dipandang tidak sahih lagi. Untuk menguji kesahihan sanad di atas, berikut ini
akan di teusuri identitas para perawinya, adapun jalur sanadnya adalah :
Nabi SAW → abi dzar→ amru bin bujdan → abi qilabah → ayub → Sufyan
→ mahlad → hisyam → An-Nasa’i
A. Biografi
Singkat Perawi Hadis
1. Abi dzar.
Nama lengkapnya adalah jundub bin Junadah bin Qias
bin Amr dan ada yang mengatakan bahwa namanya
adalah Barir bin Junadah.[3] banyak perbedaan pendapat tentang nama
beliau, beliau termasuk kalangan sahabat nabi. Negeri semasa hidup beliau yaitu
di madinah.[4]nabi Muhammad pernah memerintahkan agar
mencintai empat sahabanya diantaranya yaitu abi dzar.[5] Beliau wafat pada tahun 32 H.[6]selain beliau berguru kepada Nabi Muhammad saw beliau juga berguru kepada sahabat yaitu Mu’awiyah bin Abi Sofyan. Beberapa orang yang berguru kepadaya antara
lain Abu Qilabah Abdullah bin Zaid[7],
Usamah bin Salman, Amr bin Bujdan dan lain sebagainya
2. Amr bin bujdan
Nama lengkapnya yaitu Amr bin Bujdan al-amir al bisri.
Tentang keadaan beliau al-hafidz berkata dalam kitabnya)
at-taqrib) bahwa Amr bin Bujdan tidak diketahui keadaanya.[8] Ad-Zahabi juga berkata demikian didalam kitab “al-mizan”.[9]
Beliau banyak belajar dari abi dzar al-ghifari, dan Abi Zaid al-Anshari.
Sedangkan murid beliau adalah Abu Qilabah.[10]
Komentar ulama terhadap beliau yaitu, termasuk ulama “tsiqqah”.[11]
3. Abi qilabah.
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Zaid bin Amr
julukannya yaitu Abu Qilabah al-bisri, beliau meninggal di Syam pada tahun 104
H .[12]
dan ada pula yang mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun 106 H atau 107 H.[13] Penilaian ulama terhadap beliau
adalah “tsiqah” menurut Al-‘ajali. Beliau pernah
bergur ke beberapa ulama diantaranya Umar bin Khatab, Abdurrahman bin Abi Lail, Abdurrrahman bin Harits, Amru bin Bujdan, dan
lain sebagainya. Dan orang-orang yang pernah berguru kepadanya diantaranya Yahya bin Abi Katsir, Ayub, Khalid al-khada, dan lain sebagainya.[14]
4.
Ayub.
Nama lengkapnya adalah Ayyub bin Abi Tamimah Kaysan. Beliau wafat pada
tahun 131 H, pada umur 65 tahun.[15]
Jadi di perkirakan beliau lahir pada tahun 66 H. Beliau adalah dari golonga tabiin. Penilaian ulama
terhadapnya yaitu, menurut abu bakar bin abi khasimah, beliau (ayub), termasuk
ulama hadis yang “tsiqah”, dan dia lebih tsiqah dari pada ibnu mu’ayan,
dan apabila terdapat perbedaan di antara ayub dan ibnu mu’awan maka ayub lebih
di tsiqah dari padanya, dan darulqutni juga pernah berkata bahwa ayub adalah
orang yang hafid dan tsiqah.[16]
Beliau berguru kepada ulama-ulama diantaranya yaitu Ibrahim bin Maisarah, Zaid bin Aslam, Zaid bin Jabir, Abi Qilabah
dan lain sebagainya. Dan orang-orang yang berguru kepadanya diantaranya yaitu
Jarir bin Hazam, Hasan bin Abi Ja’far, Sufyan Asauri, dan
lain sebagainya.
5.
Sufyan
Nama lengkapnya adalah Sufyan
bin Sa'id bin Masruq,
beliau memiliki nama julukan yaitu Abu Abdullah. [17]beliau lahir di Jurjani di desa yang
dikenal dengan At-Tsauri, kemudian di bawa ke Kufah, dan ketika beliau sudah
besar beliau kembali lagi ke Jurjani. [18]
lahir pada tahun 97 H, dan wafat pada tahun 161 H.[19]
dan ada yang mengatakan juga bahwa Sufyan bin Said lahir pada tahun 95 H,dan
beliau wafat di bashrah pada bulan sa’ban tahun 161.[20]
dan diantara ulama yang pernah menjadi
gurunya antara lain Ibrahim bin ‘Uqbah, Ibrahim bin Maisarah, Israil abi Musa, Ayub
bin Abi Taimiyah dan lain sebagainya. Dan murid-muridnya antara lain
yaitu Ibrahim bin Said, Ishaq bin Yusuf, Mahklad bin Zaid, dan lain sebagainya. Penilaian
ulama terhadapnya yaitu termasuk hafidz, tsiqqah, ahli ibadah, dan ahli
fikih.[21]
6.
Mahlad.
Nama
lengkapnya yaitu mahlad bin yazid, beliau memiliki julukan yaitu abu yahya, Beliau
termasuk atba tabi’in kalangan tua, beliau
lahir pada tahun 193 H. guru-guru beliau di antaranya yaitu said bin basyir, sufyan
asauri, abdurahman bin tsabit dan lain sebagainya. Sedangkan beberapa
muridnya di antaranya yaitu Ibrahim bin hasan, ahmad bin bakar, Abdullah bin
Muhammad, abu umayah amr bin hisyam.[22] Para
ulama memiliki pendapat mengenai kepribadian mahlad bin yazid diantaranya : Usman
bin Sa’id pernah bertanya kepada Yahya bin Mu’ayan tentang keadaan Mahlad bin Yazid
kemudian yahya menjawab “tsiqah”.[23]
7.
Amru
bin hisyam.
Nama lengkapnya adalah amru bin hisyam bin
yarin al-jaziri, beliau mempunyai julukan yaitu abu umayah beliau wafat pada
tahun 254 H, di kufah ketika pergi haji.[24]
Ulama-ulama yang pernah menjadi gurunya antara lain abi Safwan Ishak, sufyan
bin ‘Uyainah, mahlad bin yazid, dan lain sebaginya, dan
murid-muridnya di antara lain yaitu An-nasai, ahmad bin hasan, abu
Ibrahim Ahmad bin Said, dan lain sebagainya.[25] Penilaian ulama terhadap
beliau, yaitu tsiqah (menurut An-Nasai)[26]
8.
An-nasai.
Nama
lengkapnya adalah Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sunan bin Bahr bin Dinar, beliau dikenal juga dengan nama Abu Abdirrahman An-Nasa’i, lahir pada tahun 215 H, dan wafat
pada tahun 303 H, di Palestina, dan ada yang mengatakan juga bahwa beliu wafat
di makkah , pada bulan safar tanggal 13.[27]beliau
berguru kepada ulama di antaranya yaitu Amr bin Yahya, ‘Imron bin Musa bin
Hayan, Amru bin Hisyam al-Jaziri dan lain sebagainya. Penilaian ulama terhadap beliau yaitu
“tsiqah, ahli fikih” (menurut Abu Said bin Yunus).
B.
KESIMPULAN
Dari
penelitian sanad di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa jalur sanad hadis yang diriwayatkan oleh An-Nasai, telah
memenuhi syarat-syarat kesahihan sanad. Dilihat dari ketersabungan sanad perawi
yang terlibat terbukti memiliki relasi
sebagai guru murid, dan intelektualitas “tsiqah” mereka juga tidak di ragukan
lagi, dan juga tidak ada cela (ilat) pada perawi tersebut.
[1]
Lidwa
[2]
lidwa
[3]
Ahmad bin ali bin hajar abu fadila al-asqalani as-syafi’I, tahdzib
at-tahdzib, (Beirut,dar al-fikr, 1404 H/1984 M), jil.12, hal. 98.
[4]
Yusuf bin zaki Abdurrahman abu hajjaj al-mazi, tahdzibul kamil, (Beirut,
muasisah ar-risalah, 1400 H/1980 M), jil. 33, hal. 284.
[5]
Mausu’ah ruwat al-hadis, markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
[6] Ahmad bin ali bin hajar abu fadila
al-asqalani as-syafi’I, taqrib at-tahdzib, (suria, dar ar-rasyid, 1406
H/1986 M), jil. 1, hal. 638.
[7]
Muhammad bin abdul ghani al-bagdadi abu bakar, takmilah al-ahmal, (makah
al-mukaramah, jama’ah umu l qura, 1410H ),jil.1, hal.236.
[8]
Muhammad abdurrahan bin ‘abdurrahim, tuhkfatu al-ahwadz,( Beirut, dar
al-kutub ‘alamiah), jil. 1, hal. 328.
[9]
Mausu’ah ruwat al-hadis, , markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
[10]
Yusuf bin zaki Abdurrahman abu hajjaj al-mazi, tahdzibu al-kamil, (Beirut,
muasisah ar-risalah, 1400 H/1980 M), jil.21, hal.549.
[11]
Ahmad bin ‘abdullah bin salih abu hasan, ma’rifat at-tsiqat, (madinah
al-munawarah, maktabah ad-dar,1405 H/1985 M), jil.2, hal.172.
[12]
Ahmad bin ali bin hajar abu fadila al-asqalani as-syafi’I, taqrib at-tahdzib,
(suria, dar ar-rasyid, 1406 H/1986 M), jil. 1, hal. 304.
[13]
Sulaiman bin khalaf bin sa’id, ta’dil
wa at-tarjih, (riyad, dar al-luwa, 1406 H/1986 M), Jil 2. Hal. 208.
[14]
Ahmad bin Muhammad bin Husain al-bukhari, rijal sahih al-bukhari, (Beirut,
dar al-ma’rifah, 1407 H), jil. 1, hal. 406.
[15] Gawami’ el-kaliem “tahdzib
al-kamal”
[16]
Mausu’ah ruwat al-hadis, markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
[17]
Ahmad bin ali, rijal muslim, (Beirut, dar al-ma’rifat, 1407 H), jil. 1,
hal 282.
[18]
Humrah bin yusuf, tarih al-jurjani, (Beirut, ‘alim al-kitab, 1401 H/1981
M), jil. 1, hal. 216.
[19]
Mausu’ah ruwat al-hadis, markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
[20]
Muhammad bin hibban bin ahmad bin abu hatim, mashahir ‘ulama al-amshar. (Beirut, dar
kutub ‘ilmiah, 1959 M), jil. 1, hal.169.
[21]
Ahmad bin ali bin hajar abu fadila al-asqalani as-syafi’I, taqrib
at-tahdzib, (suria, dar ar-rasyid, 1406 H/1986 M), jil. 1, hal.244.
[22]
Mausu’ah ruwat al-hadis, markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
[23]
Abdurahman bin hatim Muhammad, jarh wa at-ta’dil. (Beirut, dar ihkya
it-tiras al-‘arabi, 1271 H/1952), Jil. 8, hal. 347.
[24]
Ahmad bin ali bin hajar abu fadila al-asqalani as-syafi’I, tahdzib
at-tahdzib, (Beirut,dar al-fikr, 1404 H/1984 M), jil. 8, hal. 100.
[25]
Yusuf bin zaki Abdurrahman abu hajjaj al-mazi, tahdzibul kamil, (Beirut,
muasisah ar-risalah, 1400 H/1980 M), jil. 22, hal.278.
[26] Ibid.
[27] Mausu’ah
ruwat al-hadis, markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar