Selasa, 02 Desember 2014

“AHKAM AL-QUR’AN”
“IBN AL-ARABI”
Guna memenuhi Tugas Studi Kitab Tafsir Klasik Tengah


Oleh:
Muhammad Fajri (13530025)
Dolizal Putra (13530027)
Mahmud chalwani (13530028)
Al-Faiz M Robbany Tarman (13530034)




ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
A.    BIOGRAFI IBN AL-ARABI
Beliau adalah muhammad bin abdullah bin muhammad bin abdullah bin ahmad yang terkenal dengan nama lain ibn al-arabi al-mu’asiri  al-isbiri al-malikiyi, julukannya adalah abu bakr. Beliau lahir pada malam kamis tanggal 8 sya’ban tahun 468 H.
            Ayah ibn-al-arabi bernama Ibn Muhammad yang merupakan ahli fikih dan pemimpin negara Isbilia, beliau mendengar dinegaranya dari Abi Abdullah Bin Mandar Dan Abi Muhammad Bin Khadraj, Dan Di Kortobah Dari Abdi Abdullah Bin ‘Atab Dan Abi Marwan Bin Sarraj. Dan beliau memperoleh kedudukan dan tempat dari masyarakat isbilia. Setelah ia selesai di negaranya beliau pergi haji bersama anaknya Al-Qadhi Abu Bakar, pada hari minggu rabiul awal tahun 485 H. Dan umur Al-Qadhi pada waktu itu adalah 17 tahun.
B.     PERJALANAN HIDUP IBN AL-ARABI
            Al-qadhi telah belajar ilmu kebudayaan di negaranya dan telah mempelajari qiraah-qiraah, kemudian di mesir beliau bertemu dengan Abu Hasan Al-Khal’i dan Abi Hasan Ibn Masrif dan Mahduya Al-Waraq dan Aba Hasan Ibn Dawud Al-Farisi. Dan di syam beliau bertemu dengan Aba Nasar Al-Muqdisi dan Aba Said Az-Zujani dan Aba Hamid Al-Ghazali dan Aba Said Ar-Rahawi dan Aba Qasyim Bin Abi Hasan Al-Muqdasi dan Imam Abu Bakar At-Tartusi dari Beliaulah Ibn-Al-Farabi belajar ilmu fikih. Dan Aba Muhammad Hibatullah Bin Ahmad Al-Akfani dan Aba Fadl Bin Faraj Ad-Dimisyai, kemudian masuk ke Bagdad dan mendengarnya Dari Abi Hasan Al-Mubarak Bin Abdul Jabar As-Sya’rifi yang terkenal dengan nama Tuyuri Daan Dari Abi Hasan ‘Ali Bin Ayub Bazaridan dari Aba Bakr Bin Tarkhan dan dari Aba Nakib As-Sarif Abi Kowaris At-Tharad Bin Muhammad Zainab dan Ja’far Ibn Ahmad Saraj dan Abi Hasan Bin Abdil-Qadhir Abi Zakaria Attabriyyi dan Abi Mu’ali Tsabit Bin Baddar Al-Tsamamidan beliau haji pada tahun 89 H, dan dari mekah yaitu Abi Ali Khusin Bin Ali, Attabbari dan dari ulama-ulama sastra yang lain, kemudian beliau belajar dari ulama tesebut ilmu fikih  dan ushul dan memperkuat hadis-hadis dan memperluas periwayatan  dan menekuni masalah-masalah khilaf, ushul, dan hukum-hukum kepada ahlinya, kemudian beliau pergi dari baghdad ke andalusia, kemudian mukim di iskandana di kediaman Abu Bakar At-Tarashi, kemudian ayahnya meninggal dan di makamkan di situ pada awal tahun.
            Diantara orang yang berguru kepada beliau adalah al-qadhi abu fadhl ‘iyadh, dan dia juga menda’wahkan nya di sevilla dan cordova, disana orang juga banyak belajar kepadanya, lalu mereka menuliskan apa-apa yang telah di dapatnya dari abu fadhl ini, dan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat disana. 
            Ibnu Al-’arabi adalah seorang yang ahli dalam bidang kesenian, dia sangat mendalami dan menguasainya, memeliki pengetahuan yang banyak tentang hal tersebut, tutur katanya yang sangat baik, sangat cerdas mengenai suatu hukum, bersemangat dalam menyampaikan maupun menda’wahkannya, dan sangat cerdas dalam menentukan yang benar dan salah dengan merujuk kepada hukum tersebut.Dan kesemuanya itu dikumpulkan kedalam “adabul akhlak”, dan dari sisi lain kita juga dapat melihat sosok ibnu Al-’arabi yaitu dia sangat lembut dalam memelihara sesuatu, sangat santun dan baik , dan dia juga meninggikan rasa kasih sayang terhadap sesama. 
            Beliau tinggal di negerinya, pera masyarakat sering datang kepadanya untuk bermusywarah tentang suatu hal yang mana mereka tidak mengetahui betul tentang hal tersebut dan mereka mendengarkannya, beliau juga mengajarkan ilmu fiqh, ushul fiqh, dan juga membuka masjid untuk menyampaikan nasihat dan tafsir kepada masyarakat.
C.    KARYA- KARYA IBN AL-ARABI
Karya-karya ibnu Al-’arabi sangat banyak, diantaranya:
1.      Ahkam al-Qur’an
2.      Kitab masalik fi syarah muwaththa’ malik
3.      Al-Qabisu ‘ala muwaththa’ malik
4.      Aridhah al-ahwadzi ‘ala kitab at-turmudzi
5.      Al-qawashim wal ‘awashim
6.      Al-mahshul fi ushulil fiqh
7.      Sirajul muridin wa sirajul muhtadin
8.      Kitab mutawassitha
9.      Kitab musykilin
10.  Ta’lif fi hadits
11.  Nasikh wa mansukh
12.  Takhlish at-talkhish
13.  Al-qanun fi tafsir al-Qur’an 
14.  Anwarul fajr fi tafsir al-Qur’an
            Dan masih banyak lagi kitab-kitab yang lain dari karangan Ibnu Al-‘arab ini, dan dikatakan dalam kitabnya yaitu al-Qabis: disana disebutkan bahwa selama dua puluh tahun beliau mengarang sebanyak delapan puluh ribu halaman atau sekitar 80 jilid, yang sampai kepada kita.
D.    IBN AL-ARABI MENJADI SEORANG HAKIM
            Ibnu Al-’arabi adalah seorang hakim di negerinya, dan Allah telah memberikan kelebihan atau keahlian kepadanya dalam bidang hukum, dan orang-orang zhalim sangat takut terhadap beliau karena keberanian dan kepandaiannya, dalam menentukan hukum beliau sangat mendalaminya secara luas, dan juga memiliki iman yang mantap, dan ini diceritakan dalam kitabnyasendiriyaituAhkamal-Qur’an.
            Kemudian selain dari seorang hakim, dia sangat menerima pengembangan ilmu pengetahuan dan dia juga sangat cinta terhadapnya, lalu dia menyampaikan atau mensyi’arkan kepada masyarakat, sangat santun terhadap sesama, lalu dia mengajarkan hal tersebut kepada siapa yang mau belajar kepadanya. Dan dalam bidang yang lain kita juga dapat melihat sosok dari Ibnu Al-’arabi, beliau juga seorang yang ahli dalam bidang sastra maupun sya’ir, jelas frase nya, kuat hujjahnya(dalil), ahli manthiq, dan juga beliau sangat pandai dalam bermajlis.
E.     WAFAT IBN AL-ARABI
            Ibnu Al-’arabi wafat pada bulan Rabi’ul awwal tahun 543H/1148M. Lalu jasadnya di bawa ke Madinah yaitu di Bandas Pas dan dikuburkan disana.

F.     KITAB “AHKAMUL QURAN
            Kitab Ahkamul Quran merupakan salah satu kitab terbaik diantara kitab-kitab ibn arabi yang lainnya. Dan kitab ini memiliki metode penulisan dengan cara memasukan ayat-ayat hukum secara tersusun dari  setiap surat. Kemudian ia menjelaskan atau menafsIrkan dari ayat-ayat yang mengandung hukum tersebut.
            Dan kitab ini bersandarkan kepada bentuk bahasa, hadis, segala bentuk perbuatan nabi dan sahabat-sahabatnya, maupun pertimbangan pendapat-pendapat dari berbagai mazhab. kitab ini juga mengandung hujjah yang sangat kuat dari Ibn Al-Arabi sendiri yang sulit untuk dibantahkan, karena dengan nalar logika yang ia miliki yang lurus dan benar.sehingga kitab ini sangat baik dijadikan sebagai kitab tafsir dalam ayat-ayat hukum. Banyak para ulama terdahulu mengutip dari kitabnya itu. Dan mereka menyandarkan pendapat mereka kepada kitab Ibn Al-Arabi dalam menguatkan hujjah mereka. seperti Al-Qurtubi, ia meriwayatkan setiap bagian halaman kitab ibn al-arabi secara sempurna, kemudian  ia menghubungkannya kepada pendapat ibn al-arabi.
             Dan kitab ini telah dicetak di Mesir di perpustakaan Sa’adah. Dan akan tetapi percetakan tersebut menghasilkan kitab Ahkamul Quran Ibn Al-Arabi yang tidak sesuai dengan kitab asli yang ditulis Ibn Al-Arabi sendiri, jauh dari kedhabitan tulisannya, daftar isi (indeks), dan juga banyak yang melenceng atau tambahan yang tidak ada dalam kitab Ibn Al-Arabi itu sendiri. Dan kitab Ibn Al-Arabi yang telah ditahqiq oleh muhaqqiq yang dapat kita jumpai sekarang telah diterbitkan  di Darul Kutub yang terdapat tiga bentuk penulisan.
Bentuk-bentuk salinanya :
            Salinan pertama : dalam salinan pertama ini ditulis dalam 3 jilid,..
1.      Pertama , dari surat Al-Fatihah sampai Surat An-Nisa’ : 21
Ÿwur (#qßsÅ3Zs? $tB yxs3tR Nà2ät!$t/#uä šÆÏiB Ïä!$|¡ÏiY9$#
Kitab ini selesai ini tanggal 20 ramadhan 763 H. salinan tersebut dinukilkan kepada Abdullah Bin Habbatillah Bin Islamil Maliki Dan salinan itu terdiri dari 133 lembar.
2.      Kedua, dari surat At-Taubah : 39
žwÎ) (#rãÏÿZs? öNà6ö/Éjyèム$¹/#xtã $VJŠÏ9r&
  sampai surat An-Nur : 22
   Ÿwur È@s?ù'tƒ (#qä9'ré& È@ôÒxÿø9$# óOä3ZÏB Ïpyè¡¡9$#ur    

jumlah lembaran naskah tersebut sebanyak 90 lembar.dan telah di tulis pada halaman pertama....
3.      Ketiga, dari surat As-Syu’ara : 89
žwÎ) ô`tB tAr& ©!$# 5=ù=s)Î/ 5OŠÎ=y  
sampai surat Al-Insyirah : 7
#sŒÎ*sù |Møîtsù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ  

jumlah lembaran salinan tersebut sebanyak 160 lembar. salinan ini sedikit terjadi penyimpangan, terdapat kekurangan di sebagian tempat. Dan memiliki tulisan yang jelas, sedikit kedhabitan, dan dipingir halamannya menjelaskan persoalan hukum-hukum, dan kami beri tanda pada naskah tersebut dengan huruf م , dan itu terdapat dalam perpustakaan darul kutub pada nomot 324.

Salinan kedua : terdapat satu jilid yang dimulai dengan surat Al-Baqarah : 178
7í$t6Ïo?$$sù Å$rã÷èyJø9$$Î/ íä!#yŠr&ur Ïmøs9Î) 9`»|¡ômÎ*Î/
 dan diakhiri dengan dengan surat An-Nisa’ : 175
y7tRqçFøÿtGó¡o È@è% ª!$# öNà6ÏFøÿムÎû Ï's#»n=s3ø9$# 4
Dan akhir dari jilid tertulis bahwa :
“disepakati selesainya salinan ini pada malam ke 23  dari bulan ramadhan tahun 785 H . oleh seorang hamba yang faqir,  rendah, hina, dan mengharapkan ampuan dari tuhannya, yaitu muhammad bin wazir bin yusuf maliki, mudah-mudahan Allah mengampuninya, keluarganya, dan bagi mereka yang mendoakannya dengan ampunan dan rahmat serta sekalian umat islam. Dan allah bershalawat kepada Nabi Muhammad sebagai utusan yang mulia, kepada penolongnya, sahabat-sahabat, dan istri-istrinya yang mulia ( bersih/suci). Cukup Allah bagi kita dan nikmat yang diberikannya. Dan jumlah lembarannya sebanyak 145 lembar, dan dipinggir halamannya terdapat sebagian bentuk  yang menunukan keshahihannya, dan tulisan yang bersifat qadim, dan salinan itu memiliki sedikit jauh dari kedhabitan, dan salinan itu telah kami beri tanda dengan huruf ل  , yang etrdapat di darul kutub di nomor 22.
Salinan yang ketiga:
            Yaitu bagian keempat dari salinan yang saling berkaitan dan saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Kitab ini telah diselesaikan pada pertengahan bulan rajab pada tahun 617 H. sementara kertasnya berjumlah 231. Keadaan tulisannya tipis dan lembut.  Adapun pada halaman awal tertulis mengenai pewakafan kitab kepada muridnya, yang tentu saja mempunyai kompetensi seperti orang yang berilmu seperti para penulis-penulisnya dengan pewakafan karya yang berlangsung abadi akan manfaatnya. Dan pewakafan karya ini pada Muhammad Mahmud pada tahun 1315 H. dan salinan ini merupakan salinan yang paling valid di antara seluruh salinan yang ada.
            Munculnya kitab ini merupakan salinan yang terbaik yang ada, meskipun terkadang ada sesuatu yang tidak jelas di dalam isinya, atau seperti salah-tafsir, oleh sebab itu perlu kiranya membahas pula atas kitab yang dinukilkan atasnya, dan kembali kepada kitab rujukan yang membahas judul atau tema yang serupa dengan judul yang belum jelas tersebut. Sehingga akan memperjelas kata atau makna yang belum jelas artinya.
            Sedangkan kitab yang dikira dapat membantu atas ketidak-jelasan yang ada dalam kitab ini adalah Jami’ Ahkam Al-Qur’an Imam Al-Qurtubiy serta Ahkam Al-Qur’an Al-Jassosh, kitab-kitab hadist, seperti: Shahih Muslim, Ibn Majah, al-Muwatha’, dan lain-lain.
            Adapun Muhammad Al-Bajawi, berpendapat mengenai dua tanda dalam kitab ini, yakni membedakan ayat yang merupakan pembahasan utama dengan ayat yang didatangkan oleh penulis selain pembahasan utama dengan tujuan untuk menguatkan pembahasan yang bersangkutan.
            Sementara itu, di dalam kitab ini juga terdapat hadist-hadist yang disebutkan oleh penulis yang tersebar di dalam kitabnya, maka di pinggir-pinggir kitab terdapat keterangan yang merujuk kepada kitab intinya. Namun, di dalam kitab ini juga terdapat mufradat-mufradat yang masih asing, maka sebaiknya dicari dalam kitab leksikal yang menjelaskan mufradat-mufradat asing yang bersangkutan.[]

G.    SISTEMATIKA DAN METODE KITAB AHKAMUL QURAN
            Dalam sistematika kitab Ahkamul Quran, Ibn Al-Arabi menggunakan Kaedah yang digunakan adalah dengan menyebut nama surah, kemudian menyebutkan jumlah ayat yang mengandungi ayat hukum dan seterusnya menerangkannya satu persatu, sebagai contoh: dalam penafsiran surah al-Fatihah ayat pertama terdapat dua masalah hukum, pertama yaitu firman Allah Bismillah… kemudian menyebutkan pendapat ulama dan dalil-dalil mereka kedua: menerangkan hadis-hadis nabi yang berkaitan dengan Bismillah. Ayat kedua ada 5 masalah hukum dan seterusnya sampai selesai tafsiran semua ayat-ayat dalam suatu surah .
            Kemudian, Ibn Al-Arabi juga menggunakan dari berbagai metode yang ada yang ia tulis dalam kitabnya yaitu :

1.      Metode Penggunaan Atau Pengaruh Mazhab

            Pengaruh mazhab dalam proses penafsiran ayat-ayat hukum merupakan salah satu perkara yang perlu diperhatikan karena itu melibatkan permasalahan hukum dan perbedaan pendapat antara empat mazhab yang masyhur. Tulisan ini akan menjelaskan mazhab yang digunakan oleh Ibnu al-Arabi ketika menyusun penafsiran tentang ayat-ayat hukum dan sejauh manakah pengaruh beliau terhadap mazhab Maliki dalam penafsiran ayat-ayat hukum.
            Ibnu al-Arabi telah berpegang teguh dengan mazhab Maliki secara jelas dan terang, ketika menyelesaikan suatu permasalahan hukum. Terdapat beberapa petunjuk yang menunjukkan beliau banyak terpengaruh dan berpegang dengan mazhabnya yang dapat ditemukan dalam kitab tafsirnya, contoh masalah tersebut dapat dilihat dalam kitabnya mengenai hukum membaca Bismillah dalam sholat, beliau memilih mazhab Maliki yang mengatakan bacaan Bismillah dalam solat tidak wajib, kemudian memberikan argument yang menguatkan pendapat tersebut . Di samping itu juga, banyak pendapat-pendapat beliau yang mempertahankan dan mendukung mazhabnya secara terang-terang atau secara sindiran baik dalam aspek ilmu, fiqh, dan sebagainya. Beliau juga akan memilih pendapat mazhabnya sekiranya terdapat perselisihan pendapat diantara ulama tentang suatu masalah .
            Namun begitu, beliau tidak sampai ke tahap yang melampaui batas atau fanatik yang terlalu tinggi dari kalangan ulama-ulama dan mujtahid-mujtahid mazhab Maliki. terkadang beliau juga menerima pendapat yang bertentangan dengan mazhabnya sekiranya pendapat itu lebih tepat dan sesuai diamalkan serta dikuatkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang empiris dari nas al-Quran atau Sunnah, contohnya pembacaan Amiin bagi ma’mum dalam solat yang imamnya tidak terdengar bacaan Amiinnya, dalam masalah ini beliau berbeda dengan pendapat Imam Malik .
            Kesimpulannya, tidak ditemukan secara khusus yang memastikan kefanatikanan Ibnu al-Arabi terhadap mazhabnya dalam kitab tafsirnya secara jelas, begitu juga dari segi kecenderungan beliau dalam menerima pendapat mazhab-mazhab yang lain. Apa yang dapat diketaui adalah, Ibnu al-Arabi sangat terpengaruh dengan mazhabnya dalam penafsirannya terhadap ayat-ayat hukum, tetapi ada kalanya beliau menerima pendapat mazhab lain yang dianggap lebih tepat dan sesuai untuk diamalkan.

2.      Pengaruh Dengan Metode Penafsiran Terdahulu

            Jika dilihat secara umumnya Ibnu al-Arabi banyak mengunakan kaedah sendiri dalam menafsirkan ayat-ayat hukum yang terdapat didalam al-Quran. Namun begitu, beliau juga tidak terlepas dari merujuk atau mengunakan kaedah ulama-ulama tafsir yang terdahulu dalam menafsirkan ayat-ayat hukum. Di antara rujukan-rujukan dan metode-metode yang telah digunakan oleh Ibnu al-Arabi adalah seperti berikut :

a)      Metode Tafsir Imam Al-Tobari
            Imam al-Tobari merupakan ulama tafsir yang terkenal, beliau dilahirkan sebelum Ibnu al-Arabi dilahirkan. Tidaklah heran kalau Ibnu al-Arabi merujuk dan menggunakan kaedah yang digunakan oleh al-Tobari dalam menafsirkan al-Quran. Sebagai contoh kaedah yang digunakan oleh Imam al-Tobari dalam kitabnya “ Jami’ al- Bayan an Takwil ayi al-Quran”, secara dasarnya Ibnu al-Arabi telah menjadikan tafsir Imam al-Tobari sebagai sumber rujukannya. Adakalanya beliau mengikuti sebagian dari metode yang digunakan oleh Imam al-Tobari atau sebaliknya. Pada kebiasaannya Ibnu al-Arabi mendukung pendapat Imam al-Tobari yang berpegang dengan al-Quran dan as-Sunnah ketika menerangkan atau menafsirkan suatu ayat hukum . Namun begitu, kadang-kadang mereka berbeda pendapat dari segi cara penyampaian, penggunaan bahasa, pembahagian bab dan penjelasan makna dari suatu perkataan dalam ayat al-Quran. Contohnya, Imam al-Tobari mementingkan penjelasan makna suatu kalimat secara terperinci dan hanya menjelaskan masalah-masalah perselisihan pendapat serta hukum-hukum fiqh secara umum, sedangkan Ibnu al-Arabi mengutamakan penjabaran secara terperinci terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum-hukum fiqh dari menerangkan makna suatu kalimat yang terdapat pada ayat al-Quran.

b)      Metode Tafsir Imam Al-Jassos
            Imam al-Jassos merupakan ulama tafsir yang terkenal dalam mazhab Hanafi dengan kitab tafsirnya yang berjudaul Ahkam al-Quran, nama kitab tafsirnya ini sama dengan kitab Ibnu al-Arabi, walaupun nama kitab mereka sama tetapi tidak semestinya metode yang digunakan juga sama. Dari segi persamaan penggunaan metode, Ibnu al-Arabi dan al-Jassos sama-sama membincangkan tentang ayat-ayat hukum, masalah perselisihan pendapat dan berpegang kepada al-Quran dan as-Sunnah . Adapun dari aspek perbedaan penggunaan metode pula, mereka berbeda dari segi susunan bab, gaya bahasa dan susunan surah, contohnya al-Jassos memulakan tafsirannya dari Bassmalah, kemudian al-Fatihah dan berakhir dengan surah al-Falaq, sedangkan Ibnu al-Arabi memulakan tafsirannya dari Bassmalah dan berakhir dengan surah al-Falaq dan al-Nas sekaligus, al-Jassos dalam menafsirkan suatu ayat beliau selalu menyebutkan periwayatan sanad.

            Kesimpulannya, secara umum terdapat persamaan metode yang digunakan oleh Ibnu al-Arabi dengan metode-metode ulama-ulama tafsir sebelumnya, namun begitu terdapat juga perbedaan metode di antara mereka terutama cara penyususnan kitab dan surah, penerangan dalam ayat hukum serta masalah-masalah yang terdapat perselisihan pendapat dikalangan ulama.




1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum Wr, Wb.
    Kang, aku Izin Kopas yaa, Buat nambah-nambah penjelasan makalah ku_"S.K.T.K"_,, Suwuuun !!!
    Bermanfa'at, ^_^

    BalasHapus