“AHKAM AL-QUR’AN”
“IBN AL-ARABI”
Guna memenuhi Tugas Studi Kitab Tafsir Klasik Tengah
Oleh:
Muhammad Fajri (13530025)
Dolizal Putra (13530027)
Mahmud chalwani (13530028)
Al-Faiz M Robbany Tarman (13530034)
ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
A.
BIOGRAFI IBN AL-ARABI
Beliau adalah muhammad bin abdullah bin muhammad bin abdullah bin
ahmad yang terkenal dengan nama lain ibn al-arabi al-mu’asiri al-isbiri al-malikiyi, julukannya adalah abu
bakr. Beliau lahir pada malam kamis tanggal 8 sya’ban tahun 468 H.
Ayah
ibn-al-arabi bernama Ibn Muhammad yang merupakan ahli fikih dan pemimpin negara
Isbilia, beliau mendengar dinegaranya dari Abi Abdullah Bin Mandar Dan Abi
Muhammad Bin Khadraj, Dan Di Kortobah Dari Abdi Abdullah Bin ‘Atab Dan Abi
Marwan Bin Sarraj. Dan beliau
memperoleh kedudukan dan tempat dari masyarakat isbilia. Setelah ia selesai di
negaranya beliau pergi haji bersama anaknya Al-Qadhi Abu Bakar, pada hari
minggu rabiul awal tahun 485 H. Dan umur Al-Qadhi pada waktu itu adalah 17
tahun.
B.
PERJALANAN HIDUP IBN AL-ARABI
Al-qadhi
telah belajar ilmu kebudayaan di negaranya dan telah mempelajari qiraah-qiraah,
kemudian di mesir beliau bertemu dengan Abu Hasan Al-Khal’i dan Abi Hasan Ibn
Masrif dan Mahduya Al-Waraq dan Aba Hasan Ibn Dawud Al-Farisi. Dan di syam
beliau bertemu dengan Aba Nasar Al-Muqdisi dan Aba Said Az-Zujani dan Aba Hamid
Al-Ghazali dan Aba Said Ar-Rahawi dan Aba Qasyim Bin Abi Hasan Al-Muqdasi dan
Imam Abu Bakar At-Tartusi dari Beliaulah Ibn-Al-Farabi belajar ilmu fikih. Dan
Aba Muhammad Hibatullah Bin Ahmad Al-Akfani dan Aba Fadl Bin Faraj Ad-Dimisyai,
kemudian masuk ke Bagdad dan mendengarnya Dari Abi Hasan Al-Mubarak Bin Abdul
Jabar As-Sya’rifi yang terkenal dengan nama Tuyuri Daan Dari Abi Hasan ‘Ali Bin
Ayub Bazaridan dari Aba Bakr Bin Tarkhan dan dari Aba Nakib As-Sarif Abi
Kowaris At-Tharad Bin Muhammad Zainab dan Ja’far Ibn Ahmad Saraj dan Abi Hasan
Bin Abdil-Qadhir Abi Zakaria Attabriyyi dan Abi Mu’ali Tsabit Bin Baddar
Al-Tsamamidan beliau haji pada tahun 89 H, dan dari mekah yaitu Abi Ali Khusin
Bin Ali, Attabbari dan dari ulama-ulama sastra yang lain, kemudian beliau
belajar dari ulama tesebut ilmu fikih
dan ushul dan memperkuat hadis-hadis dan memperluas periwayatan dan menekuni masalah-masalah khilaf, ushul,
dan hukum-hukum kepada ahlinya, kemudian beliau pergi dari baghdad ke andalusia,
kemudian mukim di iskandana di kediaman Abu Bakar At-Tarashi, kemudian ayahnya
meninggal dan di makamkan di situ pada awal tahun.
Diantara orang yang
berguru kepada beliau adalah al-qadhi abu fadhl ‘iyadh, dan dia juga
menda’wahkan nya di sevilla dan cordova, disana orang juga banyak belajar
kepadanya, lalu mereka menuliskan apa-apa yang telah di dapatnya dari abu fadhl
ini, dan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat disana.
Ibnu
Al-’arabi adalah seorang yang ahli dalam bidang kesenian, dia sangat mendalami
dan menguasainya, memeliki pengetahuan yang banyak tentang hal tersebut, tutur
katanya yang sangat baik, sangat cerdas mengenai suatu hukum, bersemangat dalam
menyampaikan maupun menda’wahkannya, dan sangat cerdas dalam menentukan yang
benar dan salah dengan merujuk kepada hukum tersebut.Dan kesemuanya itu dikumpulkan kedalam “adabul akhlak”,
dan dari sisi lain kita juga dapat melihat sosok ibnu Al-’arabi yaitu dia
sangat lembut dalam memelihara sesuatu, sangat santun dan baik , dan dia juga
meninggikan rasa kasih sayang terhadap sesama.
Beliau tinggal di negerinya, pera masyarakat sering datang kepadanya untuk bermusywarah tentang suatu hal yang mana mereka tidak mengetahui betul tentang hal tersebut dan mereka mendengarkannya, beliau juga mengajarkan ilmu fiqh, ushul fiqh, dan juga membuka masjid untuk menyampaikan nasihat dan tafsir kepada masyarakat.
Beliau tinggal di negerinya, pera masyarakat sering datang kepadanya untuk bermusywarah tentang suatu hal yang mana mereka tidak mengetahui betul tentang hal tersebut dan mereka mendengarkannya, beliau juga mengajarkan ilmu fiqh, ushul fiqh, dan juga membuka masjid untuk menyampaikan nasihat dan tafsir kepada masyarakat.
C.
KARYA- KARYA IBN
AL-ARABI
Karya-karya ibnu Al-’arabi sangat banyak, diantaranya:
Karya-karya ibnu Al-’arabi sangat banyak, diantaranya:
1. Ahkam al-Qur’an
2. Kitab masalik fi syarah
muwaththa’ malik
3. Al-Qabisu ‘ala muwaththa’
malik
4. Aridhah al-ahwadzi ‘ala
kitab at-turmudzi
5. Al-qawashim wal ‘awashim
6. Al-mahshul fi ushulil fiqh
7. Sirajul muridin wa sirajul
muhtadin
8. Kitab mutawassitha
9. Kitab musykilin
10. Ta’lif fi hadits
11. Nasikh wa mansukh
12. Takhlish at-talkhish
13. Al-qanun fi tafsir al-Qur’an
14. Anwarul fajr fi tafsir
al-Qur’an
Dan
masih banyak lagi kitab-kitab yang lain dari karangan Ibnu Al-‘arab ini, dan
dikatakan dalam kitabnya yaitu al-Qabis: disana disebutkan bahwa selama dua
puluh tahun beliau mengarang sebanyak delapan puluh ribu halaman atau sekitar
80 jilid, yang sampai kepada kita.
D. IBN AL-ARABI MENJADI SEORANG HAKIM
Ibnu Al-’arabi adalah seorang hakim di negerinya, dan
Allah telah memberikan kelebihan atau keahlian kepadanya dalam bidang hukum,
dan orang-orang zhalim sangat takut terhadap beliau karena keberanian dan
kepandaiannya, dalam menentukan hukum beliau sangat mendalaminya secara luas,
dan juga memiliki iman yang mantap, dan ini diceritakan dalam
kitabnyasendiriyaituAhkamal-Qur’an.
Kemudian selain dari seorang hakim, dia sangat menerima pengembangan ilmu pengetahuan dan dia juga sangat cinta terhadapnya, lalu dia menyampaikan atau mensyi’arkan kepada masyarakat, sangat santun terhadap sesama, lalu dia mengajarkan hal tersebut kepada siapa yang mau belajar kepadanya. Dan dalam bidang yang lain kita juga dapat melihat sosok dari Ibnu Al-’arabi, beliau juga seorang yang ahli dalam bidang sastra maupun sya’ir, jelas frase nya, kuat hujjahnya(dalil), ahli manthiq, dan juga beliau sangat pandai dalam bermajlis.
Kemudian selain dari seorang hakim, dia sangat menerima pengembangan ilmu pengetahuan dan dia juga sangat cinta terhadapnya, lalu dia menyampaikan atau mensyi’arkan kepada masyarakat, sangat santun terhadap sesama, lalu dia mengajarkan hal tersebut kepada siapa yang mau belajar kepadanya. Dan dalam bidang yang lain kita juga dapat melihat sosok dari Ibnu Al-’arabi, beliau juga seorang yang ahli dalam bidang sastra maupun sya’ir, jelas frase nya, kuat hujjahnya(dalil), ahli manthiq, dan juga beliau sangat pandai dalam bermajlis.
E. WAFAT IBN AL-ARABI
Ibnu Al-’arabi wafat pada bulan Rabi’ul awwal tahun
543H/1148M. Lalu jasadnya di bawa ke Madinah yaitu di Bandas Pas dan dikuburkan
disana.
F. KITAB “AHKAMUL QURAN”
Kitab Ahkamul Quran merupakan salah satu kitab terbaik diantara
kitab-kitab ibn arabi yang lainnya. Dan kitab ini memiliki metode penulisan
dengan cara memasukan ayat-ayat hukum secara tersusun dari setiap surat. Kemudian ia menjelaskan atau
menafsIrkan dari ayat-ayat yang mengandung hukum tersebut.
Dan kitab ini
bersandarkan kepada bentuk bahasa, hadis, segala bentuk perbuatan nabi dan
sahabat-sahabatnya, maupun pertimbangan pendapat-pendapat dari berbagai mazhab.
kitab ini juga mengandung hujjah yang sangat kuat dari Ibn Al-Arabi sendiri
yang sulit untuk dibantahkan, karena dengan nalar logika yang ia miliki yang
lurus dan benar.sehingga kitab ini sangat baik dijadikan sebagai kitab tafsir
dalam ayat-ayat hukum. Banyak para ulama terdahulu mengutip dari kitabnya itu.
Dan mereka menyandarkan pendapat mereka kepada kitab Ibn Al-Arabi dalam
menguatkan hujjah mereka. seperti Al-Qurtubi, ia meriwayatkan setiap bagian
halaman kitab ibn al-arabi secara sempurna, kemudian ia menghubungkannya kepada pendapat ibn
al-arabi.
Dan kitab ini telah dicetak di Mesir di
perpustakaan Sa’adah. Dan akan tetapi percetakan tersebut menghasilkan
kitab Ahkamul Quran Ibn Al-Arabi yang tidak sesuai dengan kitab asli yang
ditulis Ibn Al-Arabi sendiri, jauh dari kedhabitan tulisannya, daftar isi
(indeks), dan juga banyak yang melenceng atau tambahan yang tidak ada dalam
kitab Ibn Al-Arabi itu sendiri. Dan kitab Ibn Al-Arabi yang telah ditahqiq oleh muhaqqiq
yang dapat kita jumpai sekarang telah diterbitkan di Darul Kutub yang terdapat tiga
bentuk penulisan.
Bentuk-bentuk salinanya :
Salinan
pertama : dalam salinan pertama ini ditulis dalam 3 jilid,..
1.
Pertama , dari surat Al-Fatihah sampai Surat An-Nisa’ : 21
wur (#qßsÅ3Zs? $tB yxs3tR Nà2ät!$t/#uä ÆÏiB Ïä!$|¡ÏiY9$#
Kitab
ini selesai ini tanggal 20 ramadhan 763 H. salinan tersebut dinukilkan kepada
Abdullah Bin Habbatillah Bin Islamil Maliki Dan salinan itu terdiri dari 133
lembar.
2.
Kedua, dari surat At-Taubah : 39
wÎ) (#rãÏÿZs? öNà6ö/Éjyèã $¹/#xtã $VJÏ9r&
sampai surat An-Nur : 22
wur
È@s?ù't
(#qä9'ré&
È@ôÒxÿø9$#
óOä3ZÏB
Ïpyè¡¡9$#ur
jumlah
lembaran naskah tersebut sebanyak 90 lembar.dan telah di tulis pada halaman
pertama....
3.
Ketiga, dari surat As-Syu’ara : 89
wÎ) ô`tB tAr& ©!$# 5=ù=s)Î/ 5OÎ=y
sampai
surat Al-Insyirah : 7
#sÎ*sù |Møîtsù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ
jumlah lembaran salinan tersebut sebanyak 160 lembar. salinan ini
sedikit terjadi penyimpangan, terdapat kekurangan di sebagian tempat. Dan
memiliki tulisan yang jelas, sedikit kedhabitan, dan dipingir halamannya
menjelaskan persoalan hukum-hukum, dan kami beri tanda pada naskah tersebut
dengan huruf م , dan itu terdapat dalam
perpustakaan darul kutub pada nomot 324.
Salinan
kedua : terdapat
satu jilid yang dimulai dengan surat Al-Baqarah : 178
7í$t6Ïo?$$sù Å$rã÷èyJø9$$Î/ íä!#yr&ur Ïmøs9Î) 9`»|¡ômÎ*Î/
dan diakhiri dengan dengan surat An-Nisa’ :
175
y7tRqçFøÿtGó¡o È@è% ª!$# öNà6ÏFøÿã Îû Ï's#»n=s3ø9$# 4
Dan akhir dari jilid tertulis bahwa :
“disepakati selesainya salinan ini pada malam ke 23 dari bulan ramadhan tahun 785 H . oleh
seorang hamba yang faqir, rendah, hina,
dan mengharapkan ampuan dari tuhannya, yaitu muhammad bin wazir bin yusuf
maliki, mudah-mudahan Allah mengampuninya, keluarganya, dan bagi mereka
yang mendoakannya dengan ampunan dan rahmat serta sekalian umat islam. Dan
allah bershalawat kepada Nabi Muhammad sebagai utusan yang mulia, kepada
penolongnya, sahabat-sahabat, dan istri-istrinya yang mulia ( bersih/suci).
Cukup Allah bagi kita dan nikmat yang diberikannya. Dan jumlah lembarannya
sebanyak 145 lembar, dan dipinggir halamannya terdapat sebagian bentuk yang menunukan keshahihannya, dan tulisan
yang bersifat qadim, dan salinan itu memiliki sedikit jauh dari kedhabitan, dan
salinan itu telah kami beri tanda dengan huruf ل ,
yang etrdapat di darul kutub di nomor 22.
Salinan yang ketiga:
Yaitu bagian keempat dari salinan yang saling berkaitan dan saling
menguatkan antara satu dengan yang lainnya. Kitab ini telah diselesaikan pada
pertengahan bulan rajab pada tahun 617 H. sementara kertasnya berjumlah 231.
Keadaan tulisannya tipis dan lembut.
Adapun pada halaman awal tertulis mengenai pewakafan kitab kepada muridnya,
yang tentu saja mempunyai kompetensi seperti orang yang berilmu seperti para
penulis-penulisnya dengan pewakafan karya yang berlangsung abadi akan
manfaatnya. Dan pewakafan karya ini pada Muhammad Mahmud pada tahun 1315 H. dan
salinan ini merupakan salinan yang paling valid di antara seluruh salinan yang
ada.
Munculnya
kitab ini merupakan salinan yang terbaik yang ada, meskipun terkadang ada
sesuatu yang tidak jelas di dalam isinya, atau seperti salah-tafsir, oleh sebab
itu perlu kiranya membahas pula atas kitab yang dinukilkan atasnya, dan kembali
kepada kitab rujukan yang membahas judul atau tema yang serupa dengan judul
yang belum jelas tersebut. Sehingga akan
memperjelas kata atau makna yang belum jelas artinya.
Sedangkan
kitab yang dikira dapat membantu atas ketidak-jelasan yang ada dalam kitab ini
adalah Jami’ Ahkam Al-Qur’an Imam Al-Qurtubiy serta Ahkam Al-Qur’an Al-Jassosh,
kitab-kitab hadist, seperti: Shahih Muslim, Ibn Majah, al-Muwatha’, dan
lain-lain.
Adapun
Muhammad Al-Bajawi, berpendapat mengenai dua tanda dalam kitab ini, yakni
membedakan ayat yang merupakan pembahasan utama dengan ayat yang didatangkan
oleh penulis selain pembahasan utama dengan tujuan untuk menguatkan pembahasan
yang bersangkutan.
Sementara itu, di dalam kitab ini juga terdapat hadist-hadist yang
disebutkan oleh penulis yang tersebar di dalam kitabnya, maka di
pinggir-pinggir kitab terdapat keterangan yang merujuk kepada kitab intinya.
Namun, di dalam kitab ini juga terdapat mufradat-mufradat yang masih asing,
maka sebaiknya dicari dalam kitab leksikal yang menjelaskan mufradat-mufradat
asing yang bersangkutan.[]
G.
SISTEMATIKA DAN METODE KITAB AHKAMUL QURAN
Dalam sistematika kitab Ahkamul
Quran, Ibn Al-Arabi menggunakan Kaedah yang digunakan adalah dengan menyebut
nama surah, kemudian menyebutkan jumlah ayat yang mengandungi ayat hukum dan
seterusnya menerangkannya satu persatu, sebagai contoh: dalam penafsiran surah
al-Fatihah ayat pertama terdapat dua masalah hukum, pertama yaitu firman Allah
Bismillah… kemudian menyebutkan pendapat ulama dan dalil-dalil mereka kedua:
menerangkan hadis-hadis nabi yang berkaitan dengan Bismillah. Ayat kedua ada 5
masalah hukum dan seterusnya sampai selesai tafsiran semua ayat-ayat dalam
suatu surah .
Kemudian, Ibn Al-Arabi juga
menggunakan dari berbagai metode yang ada yang ia tulis dalam kitabnya yaitu :
1. Metode Penggunaan Atau Pengaruh
Mazhab
Pengaruh mazhab dalam proses
penafsiran ayat-ayat hukum merupakan salah satu perkara yang perlu diperhatikan
karena itu melibatkan permasalahan hukum dan perbedaan pendapat antara empat
mazhab yang masyhur. Tulisan ini akan menjelaskan mazhab yang digunakan oleh
Ibnu al-Arabi ketika menyusun penafsiran tentang ayat-ayat hukum dan sejauh
manakah pengaruh beliau terhadap mazhab Maliki dalam penafsiran ayat-ayat hukum.
Ibnu al-Arabi telah berpegang teguh
dengan mazhab Maliki secara jelas dan terang, ketika menyelesaikan suatu
permasalahan hukum. Terdapat beberapa petunjuk yang menunjukkan beliau banyak
terpengaruh dan berpegang dengan mazhabnya yang dapat ditemukan dalam kitab
tafsirnya, contoh masalah tersebut dapat dilihat dalam kitabnya mengenai hukum
membaca Bismillah dalam sholat, beliau memilih mazhab Maliki yang mengatakan
bacaan Bismillah dalam solat tidak wajib, kemudian memberikan argument yang
menguatkan pendapat tersebut . Di samping itu juga, banyak
pendapat-pendapat beliau yang mempertahankan dan mendukung mazhabnya secara
terang-terang atau secara sindiran baik dalam aspek ilmu, fiqh, dan sebagainya.
Beliau juga akan memilih pendapat mazhabnya sekiranya terdapat perselisihan
pendapat diantara ulama tentang suatu masalah .
Namun begitu, beliau tidak sampai ke
tahap yang melampaui batas atau fanatik yang terlalu tinggi dari kalangan
ulama-ulama dan mujtahid-mujtahid mazhab Maliki. terkadang beliau juga menerima
pendapat yang bertentangan dengan mazhabnya sekiranya pendapat itu lebih tepat
dan sesuai diamalkan serta dikuatkan dengan dalil-dalil dan bukti-bukti yang
empiris dari nas al-Quran atau Sunnah, contohnya pembacaan Amiin bagi ma’mum
dalam solat yang imamnya tidak terdengar bacaan Amiinnya, dalam masalah ini
beliau berbeda dengan pendapat Imam Malik .
Kesimpulannya, tidak ditemukan
secara khusus yang memastikan kefanatikanan Ibnu al-Arabi terhadap mazhabnya
dalam kitab tafsirnya secara jelas, begitu juga dari segi kecenderungan beliau
dalam menerima pendapat mazhab-mazhab yang lain. Apa yang dapat diketaui
adalah, Ibnu al-Arabi sangat terpengaruh dengan mazhabnya dalam penafsirannya
terhadap ayat-ayat hukum, tetapi ada kalanya beliau menerima pendapat mazhab
lain yang dianggap lebih tepat dan sesuai untuk diamalkan.
2. Pengaruh Dengan Metode Penafsiran
Terdahulu
Jika dilihat secara umumnya Ibnu
al-Arabi banyak mengunakan kaedah sendiri dalam menafsirkan ayat-ayat hukum
yang terdapat didalam al-Quran. Namun begitu, beliau juga tidak terlepas dari
merujuk atau mengunakan kaedah ulama-ulama tafsir yang terdahulu dalam
menafsirkan ayat-ayat hukum. Di antara rujukan-rujukan dan
metode-metode yang telah digunakan oleh Ibnu al-Arabi adalah seperti berikut :
a) Metode Tafsir Imam Al-Tobari
Imam al-Tobari
merupakan ulama tafsir yang terkenal, beliau dilahirkan sebelum Ibnu al-Arabi
dilahirkan. Tidaklah heran kalau Ibnu al-Arabi merujuk dan menggunakan kaedah
yang digunakan oleh al-Tobari dalam menafsirkan al-Quran. Sebagai contoh kaedah
yang digunakan oleh Imam al-Tobari dalam kitabnya “ Jami’ al- Bayan an Takwil
ayi al-Quran”, secara dasarnya Ibnu al-Arabi telah menjadikan tafsir Imam
al-Tobari sebagai sumber rujukannya. Adakalanya beliau mengikuti sebagian dari metode
yang digunakan oleh Imam al-Tobari atau sebaliknya. Pada kebiasaannya Ibnu
al-Arabi mendukung pendapat Imam al-Tobari yang berpegang dengan al-Quran dan
as-Sunnah ketika menerangkan atau menafsirkan suatu ayat hukum . Namun begitu,
kadang-kadang mereka berbeda pendapat dari segi cara penyampaian, penggunaan
bahasa, pembahagian bab dan penjelasan makna dari suatu perkataan dalam ayat
al-Quran. Contohnya, Imam al-Tobari mementingkan penjelasan makna suatu kalimat
secara terperinci dan hanya menjelaskan masalah-masalah perselisihan pendapat
serta hukum-hukum fiqh secara umum, sedangkan Ibnu al-Arabi mengutamakan
penjabaran secara terperinci terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan
hukum-hukum fiqh dari menerangkan makna suatu kalimat yang terdapat pada ayat
al-Quran.
b) Metode Tafsir Imam Al-Jassos
Imam al-Jassos merupakan ulama
tafsir yang terkenal dalam mazhab Hanafi dengan kitab tafsirnya yang berjudaul
Ahkam al-Quran, nama kitab tafsirnya ini sama dengan kitab Ibnu al-Arabi,
walaupun nama kitab mereka sama tetapi tidak semestinya metode yang digunakan
juga sama. Dari segi persamaan penggunaan metode, Ibnu
al-Arabi dan al-Jassos sama-sama membincangkan tentang ayat-ayat hukum, masalah
perselisihan pendapat dan berpegang kepada al-Quran dan as-Sunnah . Adapun dari
aspek perbedaan penggunaan metode pula, mereka berbeda dari segi susunan bab,
gaya bahasa dan susunan surah, contohnya al-Jassos memulakan tafsirannya dari
Bassmalah, kemudian al-Fatihah dan berakhir dengan surah al-Falaq, sedangkan
Ibnu al-Arabi memulakan tafsirannya dari Bassmalah dan berakhir dengan surah
al-Falaq dan al-Nas sekaligus, al-Jassos dalam menafsirkan suatu ayat beliau
selalu menyebutkan periwayatan sanad.
Kesimpulannya, secara umum terdapat
persamaan metode yang digunakan oleh Ibnu al-Arabi dengan metode-metode
ulama-ulama tafsir sebelumnya, namun begitu terdapat juga perbedaan metode di
antara mereka terutama cara penyususnan kitab dan surah, penerangan dalam ayat
hukum serta masalah-masalah yang terdapat perselisihan pendapat dikalangan
ulama.
Assalamu'alaikum Wr, Wb.
BalasHapusKang, aku Izin Kopas yaa, Buat nambah-nambah penjelasan makalah ku_"S.K.T.K"_,, Suwuuun !!!
Bermanfa'at, ^_^