BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hadis merupakan sumber ajaran islam
kedua setelah Al-Qur’an. Keberadaannya dalam rangka ajaran islam merupakan
penjelas terhadap apa yang ada dalam Al-Qur’an. Peranan hadis semakin penting
jika di dalam ayat-ayat Al-Qur’an tidak ditemukan suatu ketetapan, maka hadis
dapat dijadikan dasar hukum dalam dalil-dalil keagamaan. Disamping itu, hadis
diamalkan dan diaktualisasikan dalam kehidupan keseharian. Dengan demikian,
hadis mempunyai peran yang sangat penting di dalam islam.
Sejalan dengan
perkembanagn zaman, telah banyak bermunculan kitab-kitab hadis pada era
sekarang ini yang menghimpun hadis-hadis dengan pokok pembahasan tertentu,
salah satunya adalah kitab hadis Al-Arba’una Al-Ijtima’iyyah yang
dikarang oleh Ahmad bin Abdullah Al-‘Amari, yang mana kitab ini berisi empat
puluh hadis tentang sosial-masyarakat. Oleh karena itu, menurut penulis kitab
ini sangat cocok digunakan pada saat ini karena masyarakat sangat perlu akan
sumber ajaran Islam yang mudah dan praktis
dalam menjalankan kehidupan. Dengan demikian, untuk mengetahui isi kitab
lebih lanjut dapat dilihat dalam makalah ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah latar belakang penulisan kitab hadis Al-Arba’una
Al-Ijtima’iyyah ?
2.
Bagaiamanakh sistematika dari kitab Al-Arba’una Al-Ijtima’iyyah
?
3.
Apakah kelebihan dan kekurangan dari kitab Al-Arba’una
Al-Ijtima’iyyah ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui latar belakang penulisan kitab hadis Al-Arba’una
Al-Ijtima’iyyah
2.
Untuk mengetahui sistematika kitab
Al-Arba’una Al-Ijtima’iyyah.
3.
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari kitab Al-Arba’una
Al-Ijtima’iyyah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Penulisan Kitab
Dalam muqaddimah kitab, dituliskan bahwa pengarang menulis
kitab hadis ini karena melihat adanya suatu lembaga atau komite tentang
sosial-masyarakat setempat di Raghdan. Sebagaimana
yang telah diatur dalam perundang-undangan, mungkin di Indonesia dikenal dengan
istilah LSM (lembaga swadaya masyarakat). Lembaga sosial-masyarakat di Raghdan
ini memiliki tugas dalam mengatasi kebiasaan-kebiasaan maupun tradisi-tradisi (taqlid)
masyarakat yang tidak sesuai lagi dengan syari’at agama. Oleh sebab itu, beliau
menulis kitab hadis yang didalamnya memuat empat puluh hadis tentang
sosial-masyarakat.
Disamping itu, pengarang juga
memiliki tujuan dalam penulisan kitab ini, agar lembaga-lemabaga atau
komite-komite lain dapat mencontoh lembaga sosial masyarakat yang ada di Raghdan,
yang didalamnya mengatur tentang Aqidah, Akhlak, ekonomi, pengajaran , pendidikan
dan lain sebagainya.[1]
B.
Metode Penulisan
1.
Mengambil empat puluh hadis tentang ijtima’iyyah
(sosial-masyarakat).
2.
Mengambil hadis, hanya bersumber kepada kitab hadis Bukhari,
Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi.
3.
Mengutamakan periwayatan yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim,
dikenal dengan istilah Muttafaq ‘Alaih. Dan dilanjutkan pada hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari saja, kemudian Muslim saja, dan dilanjutkan kepada
periwayatan Abu Daud dan Tirmidzi.
4.
Meringkas sanad hadis, hanya menyebutkan pada tingkatan sahabat.
5.
Meringkas matan hadis di beberapa hadis.
C.
Sistematika Kitab
Kitab Al-Arba’una Al-Ijtima’iyyah, secara etimologi berasal
dari dua kata yaitu Arba’una dan Ijtima’iyyah. Arba’una
berarti empat puluh dan ijtima’iyyah merupakan masdar dari kata ijtma’a-yajtami’u
yang berarti berkumpul atau berhimpun[2]. Sehingga,
kitab hadis Al-Arba’una Al-Ijtima’iyyah merupakan kitab hadis yang
berisi empat puluh hadis tentang sosial-masyarakat. Kitab ini dikarang oleh
syekh Dr. Ahmad bin Abdullah Al’amari.
Adapun sistemaika dari kitab ini, secara implisit pengarang tidak
menuliskan bab pembahasan dari tiap-tiap hadis. Karena, pengarang langsung
menuliskan hadisnya tanpa adanya bab
pembahasan dari tiap-tiap hadis.[3]Oleh
sebab itu, penulis mencoba melakukan penilitian untuk mencari pokok-pokok
pembahasan dari tiap-tiap hadis tersebut, dapat dilihat dalam tabel berikut.
الأربعون الإجتماعية
|
No
|
Pembahasan
|
الأربعون الإجتماعية
|
No
|
Pembahasan
|
1
|
Dipenuhi
hak di hari akhir
|
21
|
Ganjaran
bagi orang yang Menjaga lisan
|
||
2
|
Ancaman
bagi orang yang berbuat zhalim dan kikir
|
22
|
Menjaga
lisan
|
||
3
|
Dua
jenis perbuatan termasuk dosa besar
|
23
|
Perilaku
manusia dalam urusan dunia
|
||
4
|
Anjuran
meminta maaf atas perbuatan zhalim
|
24
|
Anjuran
mengucapkan salam ketika masuk rumah
|
||
5
|
Sifat
muslim yang sempurna
|
25
|
Tanda-tanda
orang munafik
|
||
6
|
Perumpamaan
membantu orang yang kesusahan
|
26
|
Akibat
tidak menjaga perkataan
|
||
7
|
Amalan-amalan
yang baik
|
27
|
Anjuran
bermuka ramah saat bertemu
|
||
8
|
Mencintai
sesama muslim
|
28
|
Larangan
menganggap remeh hadiah (pemberian)
|
||
9
|
Persaudaraan
sesama muslim
|
29
|
Berbakti
kepada orang tua
|
||
10
|
Wujud
dari shadaqah
|
30
|
Tolong
menolong
|
||
11
|
Berbuat
baik kepada tetangga
|
31
|
Penghuni
surga dan neraka
|
||
12
|
Tanggung
jawab pemimpin
|
32
|
Adab
makan
|
||
13
|
Kasih
sayang sesama mukmin
|
33
|
Patuh
dan taat selama bukan dalam maksiat
|
||
14
|
Mengucapkan
salam dan memberi makan bagian dari islam
|
34
|
Buruknya
dusta dan baiknya kejujuran
|
||
15
|
Kewajiban
muslim terhadap muslim lainnya
|
35
|
Orang-orang
yang menjadi penghuni surga
|
||
16
|
Akhlak
yang paling baik
|
36
|
Hak
dan kewajiban
|
||
17
|
Keagungan
allah kepada pemimpin yang adil
|
37
|
Orang
yang mendapat perlindungan dari Allah
|
||
18
|
Anjuran
untuk saling mengasihi
|
38
|
Patuh
kepada pemimipin
|
||
19
|
Anjuran
berkata yang baik
|
39
|
Sifat
yang dapat merusak persaudaraan
|
||
20
|
Larangan
minum dan makan seperti orang kafir
|
40
|
Mukmin
yang menutupi keburukan dirinya
|
D.
Kualitas Hadis
Dalam kitab ini, secara umum
hadisnya berkualitas shahih, walaupun secara zhahir pengarang tidak menuliskan
kualitas hadisnya secara keseluruhan. Namun, hadis-hadis dalam kitab ini
dominan mengambil periwayatan yang muttafaq ‘alaih, menurut Ibn Shalah dalam
kitabnya menjelaskan tentang urutan kualitas hadis yang dikaitkan dengan shahih
bukhari dan muslim, bahwa ‘ulama cenderung membagi kualitas hadis shahih
pada tujuh tingkatan, dan tingkatan yang paling tinggi adalah hadis yang
disepakati oleh Bukhari dan Muslim (muttafaq ‘alaih)[4].
Hadis Shahih :
28 hadis
Hadis Hasan : 1 hadis
Tanpa Keterangan : 11 hadis
E.
Kuantitas Hadis
Dalam Kitab Al-Arba’una
Al-Ijtima’iyyah berjumlah empat puluh hadis tentang soisal-masyarakat. Dan
merujuk kepada sumber kitab hadis primer yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud dan
Tirmidzi. Jumlah hadis dari tiap sumber dapat dilihat keterangang di bawah ini.
Mukharrij
Hadis
|
Jumlah
Hadis
|
Nomor
Hadis
|
Muttafaq ‘alaiah
|
27
|
3,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,19,20,21,23,25,26,28,30,31,32,33,34,36,37,
|
Bukhari
|
6
|
4,22,29,38,39,40
|
Muslim
|
4
|
1,2,27,35
|
Abu Daud dan Tirmidzi
|
1
|
18
|
Abu Daud
|
1
|
17
|
Tirmidzi
|
1
|
24
|
F.
Contoh Hadis
1.
Dalam kitab Al-Arba’un Al-Ijtima’iyyah, hadis nomor 3[5]
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ان رسول اللهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ إِنَّهُمَا يُعَذَّبَانِ
وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ يَمْشِي
بِالنَّمِيمَةِ, وَأَمَّا الْآخَرُ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ (متفق عليه)
“Dari
Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata, sesungguhnya rasulullah shallallahu
a’alaihi wasallam berjalan melewati dua kuburan lalu Beliau bersabda: "Keduanya
sungguh sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan karena berbuat
dosa besar. Salah seorang di antara mereka disiksa karena suka mengadu-domba
sedangkan yang lainnya disiksa karena tidak memasang satir saat kencing.” (muttafaq
‘alaih)
2.
Dalam Shohih Bukhori, kitab Jenazah, bab Menancapkan
Pelepah Daun (Kurma) di atas Kuburan, nomor 1273[6]
حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ
عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ مَرَّ بِقَبْرَيْنِ
يُعَذَّبَانِ فَقَالَ إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي
كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ الْبَوْلِ وَأَمَّا
الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً
فَشَقَّهَا بِنِصْفَيْنِ ثُمَّ غَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً فَقَالُوا يَا
رَسُولَ اللَّهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا فَقَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا
مَا لَمْ يَيْبَسَا
“Telah
menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah
dari Al A'masy dari Mujahid dari Thawus dari Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma
berkata, dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bahwasanya Beliau berjalan
melewati dua kuburan yang penghuninya sedang disiksa, lalu Beliau bersabda:
"Keduanya sungguh sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa disebabkan
karena berbuat dosa besar. Yang satu disiksa karena tidak bersuci setelah
kencing sedang yang satunya lagi karena selalu mengadu domba"
Kemudian Beliau mengambil sebatang dahan kurma yang masih basah daunnya lalu
membelahnya menjadi dua bagian kemudian menancapkannya pada masing-masing
kuburan tersebut. Mereka bertanya: "Kenapa anda melakukan ini?". Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam menjawab: "Semoga diringankan (siksanya) selama
batang pohon ini basah".
3.
Dalam Shohih Muslim, kitab Thaharah, bab Dalil atas
najisnya air kencing dan wajibnya bersuci darinya, nomer 439[7]
حَدَّثَنِي أَبُو
سَعِيدٍ الْأَشَجُّ وَأَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا وَقَالَ الْآخَرَانِ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ
قَالَ سَمِعْتُ مُجَاهِدًا يُحَدِّثُ عَنْ طَاوُسٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ مَرَّ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَبْرَيْنِ فَقَالَ أَمَا
إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ
يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ
قَالَ فَدَعَا بِعَسِيبٍ رَطْبٍ فَشَقَّهُ بِاثْنَيْنِ ثُمَّ غَرَسَ عَلَى هَذَا وَاحِدًا
وَعَلَى هَذَا وَاحِدًا ثُمَّ قَالَ لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
حَدَّثَنِيهِ أَحْمَدُ بْنُ يُوسُفَ الْأَزْدِيُّ حَدَّثَنَا مُعَلَّى بْنُ أَسَدٍ
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ عَنْ سُلَيْمَانَ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ غَيْرَ
أَنَّهُ قَالَ وَكَانَ الْآخَرُ لَا يَسْتَنْزِهُ عَنْ الْبَوْلِ أَوْ مِنْ الْبَوْلِ
“Dan telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id al-Asyaj dan Abu
Kuraib Muhammad bin al-Ala' serta Ishaq bin Ibrahim, Ishaq berkata, telah
mengabarkan kepada kami, sedangkan dua orang lainnya berkata, telah
menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada kami al-A'masy dia
berkata, saya mendengar Mujahid menceritakan dari Thawus dari Ibnu Abbas dia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati dua kuburan,
beliau lalu bersabda: "Ketahuilah, sesungguhnya dua mayat ini sedang
disiksa. Dan mereka berdua disiksa bukan karena melakukan dosa besar. Salah
seorang di antara mereka disiksa karena suka mengadu-domba sedangkan yang
lainnya disiksa karena tidak memasang satir saat kencing." Kemudian
beliau meminta pelepah kurma basah, lalu membelahnya menjadi dua. Kemudian
beliau menanam salah satunya pada kubur yang pertama dan yang satu lagi pada
kubur yang kedua sambil bersabda: "Semoga pelepah ini bisa meringankan
siksa keduanya, selama ia belum kering." Telah menceritakan kepadaku
tentangnya Ahmad bin Yusuf al-Azdi telah menceritakan kepada kami Mu'alla bin
Asad telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid dari Sulaiman al-A'masy dengan
sanad ini, hanya saja dia menyebutkan, "Sedangkan yang lain tidak
berhati-hati (membersihkan) saat kencing."
G.
Kelebihan Kitab
1.
Sangat praktis dan mudah diingat.
2.
Meringkas matan hadis, hanya menyebutkan hal-hal yang penting dari
matan hadis yang panjang.
3.
Secara umum hadis-hadis dalam kita ini berkualitas shahih.
4.
Mengutamakan dalam memilih hadis yang diriwayatkan oleh muttafaq
‘alaih (kesepakatan Bukhari dan Muslim).
H.
Kekurangan Kitab
1.
Dalam sanad hadis hanya menyebutkan perawi di tingkat sahabat.
2.
Umumnya tidak menyebutkan kualitas hadis.
3.
Tidak adanya takhrij hadis.
4.
Tidak adanya bab pembahasan dari setiap hadis.
5.
Tidak adanya biografi dan latar belakang penulisan kitab.
6.
Kitab ini masih asing di kalangan masyarakat Indonesia.
I.
Hasil Temuan Dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil penilitian penulis
terhadap kitab hadis Al-Arba’una Al-Ijtima’iyyah ini, secara umum sudah
tergambar dalam makalah ini. Akan tetapi, menurut penulis ada tiga poin penting
yang sangat berharga bagi penulis sekaligus menjadi hasil temuan dari pemahaman
yang penulis lakukan. Pertama, dalam persoalan mukharrij hadis, menurut
penulis, pengarang dalam mengambil sumber hadis lebih mengutamakan pada
tingkatan hadis shahih yang paling tinggi derjatnya dikalangan ulama, yaitu muttafaq
‘alaih (kesepakatan Bukhari dan Muslim) kemudian dilanjutkan pada tingkatan
selanjutnya. Karena, hadis-hadis dalam kitab ini dominan dikeluarkan oleh hasil
ittifaq dari bukhari dan muslim. Kedua, dalam persoalan pemberian
bab pembahasan dari masing-masing hadis, karena pengarang tidak memberikan
judul bab dari setiap hadis dalam kitab ini. Ketiga, penulis juga
mencoba menakhrij setiap hadis-hadis yang ada dalam kitab Al-Arba’una Al-Ijtima’iyyah
untuk dapat dilihat pada sumber utamanya, khusus bagi para akademisi yang ingin
melakukan penilitian terhadap hadis-hadis dalam kitab ini. Dan hasil takhrij
hadis dapat dilihat pada lampiran dalam makalah.
Disamping itu, penulis merasa
penilitian ini masih jauh dari kesempurnaan, karena penilitian terhadap kitab
ini masih ada yang belum sempat diteliti. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kepada pembaca agar dapat melanjutkan penilitian ini atau melakukan penilitian
kembali agar penilitian terhadap kitab ini dapat diselesaikan secara sempurna.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa kitab hadis Al-Arba’una
Al-Ijtima’iyyah merupakan kitab hadis yang berisi empat puluh hadis tentang
sosial-masyarakat. Kitab ini termasuk dalam kitab hadis sekunder yang
bersumberkan kepada kitab-kitab hadis primer yang dikarang ulama-ulama
terdahulu melalui pencarian hadis secara langsung.kitab ini bersifat tematik,
yaitu berdasarkan pada pokok-pokok pembahasan tertentu.
Dalam penilitian terhadap kitab ini,
telah ditemukan sistematika dan metode, kualitas dan kuantitas, serta kelebihan
dan kekurangan yang terdapat di dalamnya. Sehingga kita dapat memahami dan
menjadikannya sumber terhadap amalan dalam kehidupan sehari-hari dari segi
sosial-masyarakat.
B.
Saran
Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-‘Amari, Ahmad bin Abdullah. Al-Arba’una al-Ijtima’iyyah. Raghdan
: Markaz At- Tanmiyyah
Al-Ijtima’’iyyah, 2011.
Al-khatib, Muhammad ‘Ajaj. Ushul al-Hadits. Jakarta : Gaya
Media Pratama, 2007.
Software lidwa pusaka
Lampiran :
Penulis mencoba menakhrij setiap hadis yang ada dalam kitab
Al-Arba’una Al-Ijtima’iyyah dengan menggunakan software lidwa pusaka.
Dapat dilihat dalam tabel berikut.
No
|
Sumber Kitab
|
Kitab
|
Bab
|
No.Hadis
|
1
|
Muslim
|
Berbuat baik, menyambut
silaturahmi dan adab
|
Haramnya kezhaliman
|
4679
|
2
|
Muslim
|
Berbuat baik, menyambut
silaturahmi dan adab
|
Haramnya kezhaliman
|
4675
|
3
|
Bukhari
|
Jenazah
|
Menancapkan Pelepah Daun (Kurma)
di atas Kuburan
|
1273
|
4
|
Bukhari
|
Perbuatan-perbuatan zhalim dan
merampok
|
Jika seseorang mempunyai
kezhaliman kepada saudaranya, lalu ia memaafkannya, apakah ia harus
menjelaskan kezhalimannya ?
|
2269
|
5
|
Bukhari
|
Hal-hal yang melunakkan hati
|
Menyudahi kemaksiatan
|
6003
|
6
|
Bukhari
|
Adab
|
Menyantuni orang miskin
|
5548
|
7
|
Bukhari
|
Iman
|
Agama adalah nasehat (loyalitas)
kepada Allah,Rasul-Nya dan para pemimpin
|
55
|
8
|
Bukhari
|
Iman
|
Bagian dari iman hendaknya
mencintai untuk saudaranya sebagaimana dia mencintai untuk dirinya sendiri
|
12
|
9
|
Bukhari
|
Perbuatan-perbuatan zhalim dan
merampok
|
Seorang Muslim tidak boleh
menzhalimi Muslim lainnya, juga tidak membiarkannya...
|
2262
|
10
|
Bukhari
|
Jihad dan penjelajahan
|
Orang yang memegani pelana dan
selainnya
|
2767
|
11
|
Muslim
|
Adab
|
Dosa seseorang yang tetangganya
tak merasa aman dari gangguannya
|
66
|
12
|
Bukhari
|
Jum'at
|
Shalat Jumat di Desa dan Kota
|
844
|
13
|
Muslim
|
Berbuat baik, menyambut
silaturahmi dan adab
|
Kasih sayang dan bersikap lembut
sesama mukmin
|
4685
|
14
|
Bukhari
|
Iman
|
Memberi makan bagian dari Islam
|
11
|
15
|
Bukhari
|
Meminta Izin
|
Menyebarluaskan salam
|
5766
|
16
|
Bukhari
|
Perilaku budi pekerti yang terpuji
|
Sifat Nabi Shallallahu 'alaihi wa
Sallam
|
3295
|
17
|
Abu daud
|
Adab
|
Menempatkan orang sesuai dengan
derajatnya
|
4203
|
18
|
Tirmidzi
|
Berbakti dan menyambung
silaturrahim
|
Kasih sayang terhadap anak kecil
|
1843
|
19
|
Muslim
|
Adab
|
Memuliakan tamu dan melayani
|
67
|
20
|
Bukhari
|
Makanan
|
Makan pada wadah yang dilapisi
perak
|
5006
|
21
|
Bukhari
|
Hal-hal yang melunakkan hati
|
Menjaga lisan
|
5993
|
22
|
Bukhari
|
Hal-hal yang melunakkan hati
|
Menjaga lisan
|
5997
|
23
|
Bukhari
|
Perilaku budi pekerti yang terpuji
|
Firman Allah "Hai manusia,
sesungguhnya kami menciptakan laki-laki dan perempuan dan kami jadikan kalian
…
|
3234
|
24
|
Tirmidzi
|
Meminta izin dan Adab
|
Mengucapkan salam jika masuk rumah
|
2622
|
25
|
Bukhari
|
Iman
|
Tanda-tanda munafik
|
32
|
26
|
Bukhari
|
Hal-hal yang melunakkan hati
|
Sifat surga dan neraka
|
6078
|
27
|
Muslim
|
Berbuat baik, menyambut
silaturahmi dan adab
|
Sunahnya bermuka ramah saat
bertemu
|
4760
|
28
|
Muslim
|
Adab
|
Jangan seseorang menganggap remeh
untuk memberi hadiah tetangga
|
1711
|
29
|
Bukhari
|
Adab
|
Siapa yang paling berhak digauli
dengan baik
|
5514
|
30
|
Muslim
|
Keutamaan sahabat
|
Berlaku baik kepada kaum Anshar
radhiallahu 'anhum
|
4570
|
31
|
Bukhari
|
Tafsir Al Qur`an
|
Surat al Qalam ayat 13
|
4537
|
32
|
Bukhari
|
Makanan
|
Membaca basmalah sebelum makan
|
4957
|
33
|
Muslim
|
Kepemimpinan
|
Wajibnya taat kepada pemimpin
selama bukan dalam kemaksiatan
|
3423
|
34
|
Muslim
|
Berbuat baik, menyambut
silaturahmi dan adab
|
Buruknya dusta dan baiknya
kejujuran
|
4719
|
35
|
Muslim
|
Surga sifat dan penghuninya
|
Sifat-sifat penduduk surga dan penduduk
neraka yang bisa diketahui waktu di dunia
|
5109
|
36
|
Musilm
|
Kepemimpinan
|
Wajibnya memenuhi isi bait
|
3430
|
37
|
Bukhari
|
Shalatnya musafir dan penjelasan
tentang qashar
|
Keutaman mendengar Al-Qur'an dan
meminta kepada orang yang menghafalnya untuk membaca sehingga ia bisa
mendengarkannya
|
1334
|
38
|
Bukhari
|
Adzan
|
Keimaman seorang budak atau maula
(bekas budak)
|
652
|
39
|
Bukhari
|
Adab
|
Larangan saling mendengki dan
menjauhi
|
5604
|
40
|
Bukhari
|
Adab
|
Seorang mukmin menutupi keburukan
dirinya
|
5608
|
[1] Ahmad Bin Abdullah Al-‘Amari, Al-Arba’una Al-Ijtima’iyyah (Raghdan
: Markaz At-Tanmiyyah Al-Ijtima’’iyyah, 2011), hal.4
[2] A.W.Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap (
Surabaya : Pustaka Progresif, 1997), hal.208.
[3] Lihat isi kitab
[4] Muhammad ‘Ajaj Khatib, Ushul Al-Hadits (Jakarta : Gaya Media
Pratama, 2007), hal.286.
[5] Ahmad Bin Abdullah Al-‘Amari, Al-Arba’una Al-Ijtima’iyyah (Raghdan
: Markaz At-Tanmiyyah Al-Ijtima’’iyyah, 2011), hal.9.
[6] Software Lidwa Pusaka
[7] Software Lidwa Pusaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar