cah-cah kreatif
Senin, 09 Februari 2015
CONTOH ILMU RIJAL AL-HADIS.
CONTOH ILMU RIJAL
AL-HADIS.
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ هِشَامٍ، قَالَ:
حَدَّثَنَا مَخْلَدٌ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ أَيُّوبَ، عَنْ أَبِي
قِلابَةَ، عَنْ عَمْرِو بْنِ بُجْدَانَ[ ج 1 : ص
196 ]، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : " الصَّعِيدُ الطَّيِّبُ وَضُوءُ الْمُسْلِمِ، وَإِنْ لَمْ يَجِدِ
الْمَاءَ عَشَرَ سِنِينَ
Telah mengabarkan kepada kami Amr
bin Hisyam dia berkata; telah menceritakan kepada kami Makhlad dari Sufyan dari
Ayyub dari Abu Qilabah dari Amr bin Bujdan dari Abu Dzar, dia mengatakan bahwa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Debu yang suci adalah
alat wudlu bagi kaum muslim, walaupun ia tidak mendapatkan air selama sepuluh
tahun.[1](H.R An-Nasai).
Keterangan : Kitab
: Thaharah, Bab : beberapa salat dengan menggunakan satu tayamum, No. Hadist : 320.[2]
Untuk melihat kesahi han sebuah hadis, kaidah ilmu hadis menyatakan
bahwa yang pertama kali peru di teliti adalah sanadnya. Bila sanadnya dinyatakan
sahih, barulah matannya bias diperhatikan. Bila tidak maka matannya dipandang
tidak sahih lagi. Untuk menguji kesahihan sanad di atas, berikut ini akan di
teusuri identitas para perawinya, adapun jalur sanadnya adalah :
Nabi SAW → abi dzar→ amru bin bujdan → abi qilabah → ayub → Sufyan
→ mahlad → hisyam → An-Nasa’i
A. Biografi
Singkat Perawi Hadis
1. Abi dzar.
Nama lengkapnya adalah jundub bin Junadah bin Qias
bin Amr dan ada yang mengatakan bahwa namanya
adalah Barir bin Junadah.[3] banyak perbedaan pendapat tentang nama
beliau, beliau termasuk kalangan sahabat nabi. Negeri semasa hidup beliau yaitu
di madinah.[4]nabi Muhammad pernah memerintahkan agar
mencintai empat sahabanya diantaranya yaitu abi dzar.[5] Beliau wafat pada tahun 32 H.[6]selain beliau berguru kepada Nabi Muhammad saw beliau juga berguru kepada sahabat yaitu Mu’awiyah bin Abi Sofyan. Beberapa orang yang berguru kepadaya antara
lain Abu Qilabah Abdullah bin Zaid[7],
Usamah bin Salman, Amr bin Bujdan dan lain sebagainya
2. Amr bin bujdan
Nama lengkapnya yaitu Amr bin Bujdan al-amir al bisri.
Tentang keadaan beliau al-hafidz berkata dalam kitabnya)
at-taqrib) bahwa Amr bin Bujdan tidak diketahui keadaanya.[8] Ad-Zahabi juga berkata demikian didalam kitab “al-mizan”.[9]
Beliau banyak belajar dari abi dzar al-ghifari, dan Abi Zaid al-Anshari.
Sedangkan murid beliau adalah Abu Qilabah.[10]
Komentar ulama terhadap beliau yaitu, termasuk ulama “tsiqqah”.[11]
3. Abi qilabah.
Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Zaid bin Amr
julukannya yaitu Abu Qilabah al-bisri, beliau meninggal di Syam pada tahun 104
H .[12]
dan ada pula yang mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun 106 H atau 107 H.[13] Penilaian ulama terhadap beliau
adalah “tsiqah” menurut Al-‘ajali. Beliau pernah
bergur ke beberapa ulama diantaranya Umar bin Khatab, Abdurrahman bin Abi Lail, Abdurrrahman bin Harits, Amru bin Bujdan, dan
lain sebagainya. Dan orang-orang yang pernah berguru kepadanya diantaranya Yahya bin Abi Katsir, Ayub, Khalid al-khada, dan lain sebagainya.[14]
4.
Ayub.
Nama lengkapnya adalah Ayyub bin Abi Tamimah Kaysan. Beliau wafat pada
tahun 131 H, pada umur 65 tahun.[15]
Jadi di perkirakan beliau lahir pada tahun 66 H. Beliau adalah dari golonga tabiin. Penilaian ulama
terhadapnya yaitu, menurut abu bakar bin abi khasimah, beliau (ayub), termasuk
ulama hadis yang “tsiqah”, dan dia lebih tsiqah dari pada ibnu mu’ayan,
dan apabila terdapat perbedaan di antara ayub dan ibnu mu’awan maka ayub lebih
di tsiqah dari padanya, dan darulqutni juga pernah berkata bahwa ayub adalah
orang yang hafid dan tsiqah.[16]
Beliau berguru kepada ulama-ulama diantaranya yaitu Ibrahim bin Maisarah, Zaid bin Aslam, Zaid bin Jabir, Abi Qilabah
dan lain sebagainya. Dan orang-orang yang berguru kepadanya diantaranya yaitu
Jarir bin Hazam, Hasan bin Abi Ja’far, Sufyan Asauri, dan
lain sebagainya.
5.
Sufyan
Nama lengkapnya adalah Sufyan
bin Sa'id bin Masruq,
beliau memiliki nama julukan yaitu Abu Abdullah. [17]beliau lahir di Jurjani di desa yang
dikenal dengan At-Tsauri, kemudian di bawa ke Kufah, dan ketika beliau sudah besar
beliau kembali lagi ke Jurjani. [18]
lahir pada tahun 97 H, dan wafat pada tahun 161 H.[19]
dan ada yang mengatakan juga bahwa Sufyan bin Said lahir pada tahun 95 H,dan
beliau wafat di bashrah pada bulan sa’ban tahun 161.[20]
dan diantara ulama yang pernah menjadi
gurunya antara lain Ibrahim bin ‘Uqbah, Ibrahim bin Maisarah, Israil abi Musa, Ayub
bin Abi Taimiyah dan lain sebagainya. Dan murid-muridnya antara lain
yaitu Ibrahim bin Said, Ishaq bin Yusuf, Mahklad bin Zaid, dan lain sebagainya. Penilaian
ulama terhadapnya yaitu termasuk hafidz, tsiqqah, ahli ibadah, dan ahli
fikih.[21]
6.
Mahlad.
Nama
lengkapnya yaitu mahlad bin yazid, beliau memiliki julukan yaitu abu yahya, Beliau
termasuk atba tabi’in kalangan tua, beliau
lahir pada tahun 193 H. guru-guru beliau di antaranya yaitu said bin basyir, sufyan
asauri, abdurahman bin tsabit dan lain sebagainya. Sedangkan beberapa
muridnya di antaranya yaitu Ibrahim bin hasan, ahmad bin bakar, Abdullah bin
Muhammad, abu umayah amr bin hisyam.[22] Para
ulama memiliki pendapat mengenai kepribadian mahlad bin yazid diantaranya : Usman
bin Sa’id pernah bertanya kepada Yahya bin Mu’ayan tentang keadaan Mahlad bin Yazid
kemudian yahya menjawab “tsiqah”.[23]
7.
Amru
bin hisyam.
Nama lengkapnya adalah amru bin hisyam bin
yarin al-jaziri, beliau mempunyai julukan yaitu abu umayah beliau wafat pada
tahun 254 H, di kufah ketika pergi haji.[24]
Ulama-ulama yang pernah menjadi gurunya antara lain abi Safwan Ishak, sufyan
bin ‘Uyainah, mahlad bin yazid, dan lain sebaginya, dan
murid-muridnya di antara lain yaitu An-nasai, ahmad bin hasan, abu
Ibrahim Ahmad bin Said, dan lain sebagainya.[25] Penilaian ulama terhadap
beliau, yaitu tsiqah (menurut An-Nasai)[26]
8.
An-nasai.
Nama
lengkapnya adalah Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sunan bin Bahr bin Dinar, beliau dikenal juga dengan nama Abu Abdirrahman An-Nasa’i, lahir pada tahun 215 H, dan wafat
pada tahun 303 H, di Palestina, dan ada yang mengatakan juga bahwa beliu wafat
di makkah , pada bulan safar tanggal 13.[27]beliau
berguru kepada ulama di antaranya yaitu Amr bin Yahya, ‘Imron bin Musa bin
Hayan, Amru bin Hisyam al-Jaziri dan lain sebagainya. Penilaian ulama terhadap beliau yaitu
“tsiqah, ahli fikih” (menurut Abu Said bin Yunus).
B.
KESIMPULAN
Dari
penelitian sanad di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa jalur sanad hadis yang diriwayatkan oleh An-Nasai, telah
memenuhi syarat-syarat kesahihan sanad. Dilihat dari ketersabungan sanad perawi
yang terlibat terbukti memiliki relasi
sebagai guru murid, dan intelektualitas “tsiqah” mereka juga tidak di ragukan
lagi, dan juga tidak ada cela (ilat) pada perawi tersebut.
[1]
Lidwa
[2]
lidwa
[3]
Ahmad bin ali bin hajar abu fadila al-asqalani as-syafi’I, tahdzib
at-tahdzib, (Beirut,dar al-fikr, 1404 H/1984 M), jil.12, hal. 98.
[4]
Yusuf bin zaki Abdurrahman abu hajjaj al-mazi, tahdzibul kamil, (Beirut,
muasisah ar-risalah, 1400 H/1980 M), jil. 33, hal. 284.
[5]
Mausu’ah ruwat al-hadis, markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
[6] Ahmad bin ali bin hajar abu fadila
al-asqalani as-syafi’I, taqrib at-tahdzib, (suria, dar ar-rasyid, 1406
H/1986 M), jil. 1, hal. 638.
[7]
Muhammad bin abdul ghani al-bagdadi abu bakar, takmilah al-ahmal, (makah
al-mukaramah, jama’ah umu l qura, 1410H ),jil.1, hal.236.
[8]
Muhammad abdurrahan bin ‘abdurrahim, tuhkfatu al-ahwadz,( Beirut, dar
al-kutub ‘alamiah), jil. 1, hal. 328.
[9]
Mausu’ah ruwat al-hadis, , markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
[10]
Yusuf bin zaki Abdurrahman abu hajjaj al-mazi, tahdzibu al-kamil, (Beirut,
muasisah ar-risalah, 1400 H/1980 M), jil.21, hal.549.
[11]
Ahmad bin ‘abdullah bin salih abu hasan, ma’rifat at-tsiqat, (madinah
al-munawarah, maktabah ad-dar,1405 H/1985 M), jil.2, hal.172.
[12]
Ahmad bin ali bin hajar abu fadila al-asqalani as-syafi’I, taqrib at-tahdzib,
(suria, dar ar-rasyid, 1406 H/1986 M), jil. 1, hal. 304.
[13]
Sulaiman bin khalaf bin sa’id, ta’dil
wa at-tarjih, (riyad, dar al-luwa, 1406 H/1986 M), Jil 2. Hal. 208.
[14]
Ahmad bin Muhammad bin Husain al-bukhari, rijal sahih al-bukhari, (Beirut,
dar al-ma’rifah, 1407 H), jil. 1, hal. 406.
[16]
Mausu’ah ruwat al-hadis, markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
[17]
Ahmad bin ali, rijal muslim, (Beirut, dar al-ma’rifat, 1407 H), jil. 1,
hal 282.
[18]
Humrah bin yusuf, tarih al-jurjani, (Beirut, ‘alim al-kitab, 1401 H/1981
M), jil. 1, hal. 216.
[19]
Mausu’ah ruwat al-hadis, markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
[20]
Muhammad bin hibban bin ahmad bin abu hatim, mashahir ‘ulama al-amshar. (Beirut, dar
kutub ‘ilmiah, 1959 M), jil. 1, hal.169.
[21]
Ahmad bin ali bin hajar abu fadila al-asqalani as-syafi’I, taqrib
at-tahdzib, (suria, dar ar-rasyid, 1406 H/1986 M), jil. 1, hal.244.
[22]
Mausu’ah ruwat al-hadis, markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
[23]
Abdurahman bin hatim Muhammad, jarh wa at-ta’dil. (Beirut, dar ihkya
it-tiras al-‘arabi, 1271 H/1952), Jil. 8, hal. 347.
[24]
Ahmad bin ali bin hajar abu fadila al-asqalani as-syafi’I, tahdzib
at-tahdzib, (Beirut,dar al-fikr, 1404 H/1984 M), jil. 8, hal. 100.
[25]
Yusuf bin zaki Abdurrahman abu hajjaj al-mazi, tahdzibul kamil, (Beirut,
muasisah ar-risalah, 1400 H/1980 M), jil. 22, hal.278.
[26] Ibid.
[27] Mausu’ah
ruwat al-hadis, markaz nur al-islam, 2000, edisi ke dua.
Tsalasuna Haditsan fi Fadhail al-A'mal
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan zaman, kajian seputar
hadits semakin banyak dan kompleks. Mulai dari kajian hadits tematik sampai
pada kajian kajian kritik teks hadits. Semuanya ada karena bentuk respon dari
kehidupan yang sedang dialami. Sehingga kajian tentang hadits itu tidak bisa dilepaskan dari
sosio-kultur penulisnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya cukup
mengesankan bila dunia yang sedang dihadapi kaum muslimin sekarang ini adalah
persainagan antara dunia barat yang lebih maju, namun ada seorang dari kaum
muslim yang melakukan kajian hadits namun
tidak terpengaruh dengan kondisi tersebut, justru beliau memberikan
kajian hadits seputar motivasi-motivasi yang berkaitan dengan amal ibadah kaum
muslimin yang notebene telah banyak ulama terdahulu yang membahasnya.
Adalah Ahmad bin Muhammad al-Sa’lan yang
mengkaji seputar hadits-hadits Faadhoil al-A’mal dalam kitabnya Tsalatsuna fi
Fadhoil al-A’mal. Kiranya disisni penulis akan membahas kitab tersebut karena hadits-hadits
didalamnya secara sekilas adalah hadits-hadist yang muncul tidak sebagai
respons dari kehidupan kaum muslimin sekarang ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
biografi pengarang kitab Tsalasuna Haditsan fi Fadhail al-A'mal?
2.
Bagaimana
metode dan sistematika dalam kitab Tsalasuna Haditsan fi Fadhail al-A'mal?
3.
Bagaimana
isi kitab Tsalasuna Haditsan fi Fadhail al-A'mal ?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui biografi pengarang kitab Tsalasuna Haditsan fi Fadhail al-A'mal.
2.
Untuk
mengetahui metode serta sitematika kitab Tsalasuna Haditsan fi Fadhail
al-A'mal.
3.
Untuk
mengetahui isi kitab Tsalasuna Haditsan fi Fadhail al-A'mal.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kajian Eksternal Kitab.
1.
Biografi Penulis
Sejauh penulusuran penulis, untuk membongkar
biografi kitab tersebut sampai sekarang ini belum menemukan. Penulis juga sudah
berusaha mengirimkan email untuk meminta biografinya tapi juga belum
memperolehnya. Dan yang hanya kami ketahui nama dari pengarang kitab tersebut
adalah Ahmad bin Muhammad al-Sya’lan.
2.
Metode dan Sistematika Kitab.
Dalam penulisan kitab “Tsalatsuna Haditsan fi Fadhail al-A’mal ini,
penulis hanya mengumpulkan hadits-hadits yang berkaitan dengan
keutamaan-keutamaan Amal dari kitab-kitab ahli hadits kemudian diringkasnya
menjadi hadits-hadits yang Shahih dan Hasan berdasarkan kemampuan penulis[1].
Sesuai dengan judulnya, kitab ini mencakup 30 hadits tentang
keutamaan-keutamaan amal. Sistematika kitab tersebut sebagai berikut:
Hadits ke
|
Pembahasan
|
Halaman
|
Hadits ke
|
Pembahasan
|
Halaman
|
1
|
Keutamaan
Ilmu
|
7
|
16
|
Keutamaan Jihad fi Sabilillah
|
17
|
2
|
Ampunan Dosa bagi Orang yang berilmu
|
8
|
17
|
Keutamaan Membaca al-Qur’an
|
18
|
3
|
Menyampaikan ilmu
|
8
|
18
|
Keutamaan perkumpulan Dzikir
|
18
|
4
|
Ikhlas karena Allah dalam menuntut ilmu
|
9
|
19
|
Keutamaan Dzikir
|
20
|
5
|
Keutamaan berdiam di masjid dan berjalan kaki ke masjid
|
9
|
20
|
Keutamaan Dzikir untuk menjaga dari godaan syaithan
|
20
|
6
|
Keutaman shalat bersama imam
|
11
|
21
|
Keutamaan Tasbih, Tahlil, dan Takbir
|
21
|
7
|
Keutamaan shalat sunah di rumah
|
11
|
22
|
Keutamaan mimpi melihat hal yang baik dan buruk
|
21
|
8
|
Keutamaan Shalat dua rakaat fajar
|
12
|
23
|
Keutamaan berdoa dalam hadits ini
|
22
|
9
|
Keutamaan Qiyamul Lail
|
12
|
24
|
Keutamaan bertaqwa dalam mencari rizqi
|
23
|
10
|
Keutamaan berdzikir, wudhu dan shalat setelah bangun
tidur
|
13
|
25
|
Keutamaan zuhud dalam harta dan pangkat
|
23
|
11
|
Keutamaan membaca qur’an di malam hari
|
13
|
26
|
Keutamaan iman, perbuatan baik dan meninggalkan
perbuatan jelek
|
24
|
12
|
Keutamaan shalat istikharah
|
14
|
27
|
Keutamaan zakat dan menjauhkan dari bala
|
24
|
13
|
Kmudahan dari kesulitan
|
15
|
28
|
Keutaman meninggalkan Isbal dan lainnya
|
25
|
14
|
Keutamaan puasa dan membaca al-Qur’an
|
16
|
29
|
Keutamaan menepati hutang
|
26
|
15
|
Keutamaan meninggalkan kepalsuan/ kebohongan
|
16
|
30
|
Keutamaan meninggalkan 7 maubiqat perbuatan yang
|
30
|
3. Kelebihan dan Kekurangan.
Tentunya bukan berlebihan jika dikatakan kitab
tersebut tidak begitu banyak memberikan kontribusi dalam kajian hadits
kontemporer ini, sebab hadits didalamnya sebenarnya adalah hadits-hadist yang
sudah banyak dibahas oleh ulama-ulama terdahulu terbukti bahwa hadits-hadits
didalamnya adalah cuplikan dari kitab-kitab hadits primer (kutubis sittah)
tanpa disertai penjelasan dari penulis.
Di sisi lain, kitab tersebut juga dapat
diapresiasi karena hadits-hadits didalamnya mungkin sudah banyak dilupakan kaum
muslimin sehingga kitab tersebut adalah bentuk peringatan terhadap kita umat
moderen untuk bisa menghayati setiap amal dan lebih meningkatkannya lagi.
B.
Kajian Isi Kitab
Dalam kitab tsalasuna haditsan fi fadhail al-a'mal terdapat
30 hadits, berikut beberapa contoh hadits yang ada dalam kitab ini serta
pembahasannya.
1.
Hadits
no.4 bab keikhlasan dalam menuntut ilmu
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال
رسول الله ﷺ:«من
تعلم علما مما يبتغى به وجه الله عز وجل لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضا من الدنيا لم
يجد عرف الجنة يوم القيامة يعني ريحها». رواه أبو داود وابن ماجة وأحمد وصححه
الألباني
Setelah
melakukan takhrij, hadits ini semakna dapat ditemukan dalam kitab hadits primer
dengan keterangan sebagai berikut:
a.
Sumber
Abu Daud
Kitab
: Ilmu
Bab
: Menuntut ilmu bukan karena Allah
No. Hadist : 3179
b.
Sumber Ibnu Majah
Kitab
: Mukadimah
Bab
: Mengambil manfaat ilmu dan beramal dengannya
No. Hadist : 248
c.
Sumber Ahmad
Kitab
: Sisa Musnad sahabat yang banyak meriwayatkan hadits
Bab
: Musnad Abu Hurairah Radliyallahu 'anhu
No. Hadist : 8103
Adapun teks
hadits secara lengkapriwayat Abu Daud adalah sebagai berikut:
حَدَّثَنَاأَبُوبَكْرِبْنُأَبِيشَيْبَةَحَدَّثَنَاسُرَيْجُبْنُالنُّعْمَانِحَدَّثَنَافُلَيْحٌعَنْأَبِيطُوَالَةَعَبْدِاللَّهِبْنِعَبْدِالرَّحْمَنِبْنِمَعْمَرٍالْأَنْصَارِيِّعَنْسَعِيدِبْنِيَسَارٍعَنْأَبِيهُرَيْرَةَقَالَقَالَرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَمَنْتَعَلَّمَعِلْمًامِمَّايُبْتَغَىبِهِوَجْهُاللَّهِعَزَّوَجَلَّلَايَتَعَلَّمُهُإِلَّالِيُصِيبَبِهِعَرَضًامِنْالدُّنْيَالَمْيَجِدْعَرْفَالْجَنَّةِيَوْمَالْقِيَامَةِيَعْنِيرِيحَهَا
Artinya:Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah
telah menceritakan kepada kami Suraij bin An Nu'man telah menceritakan kepada
kami Fulaih dari Abu Thuwalah Abdullah bin Abdurrahman bin Ma'mar Al Anshari
dari Sa'id bin Yasar dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang
seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali
untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tidak akan mendapatkan baunya
Surga pada Hari Kiamat.”
2.
hadits
tentang keutamaan zikr kitab no.19
عن أبي أيوب رضي
الله عنه أن رسول الله ﷺ قال:«من قال لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد
وهو على كل شيء قدير عشر مرات كان كمن أعتق أربعة أنفس من ولد إسماعيل». رواه البخاري
ومسلم والترمذي والنسائي
Setelah
kami takhrij, sumber hadit ini adalah sebagai berikut:
a.
Sumber
: Tirmidzi
Kitab : Do'a
Bab : Doa nabi ShollAllahu 'alaihi wa Salam
No. Hadist : 3476
b.
Sumber
: Muslim
Kitab : Dzikir, doa, taubat dan istighfar
Bab : Keutamaan Tahlil, tasbih dan doa
No. Hadist : 4859
Adapun teks hadits lengkap sanad dan matannya adalah sebagai
berikut:
حَدَّثَنَامُوسَىبْنُعَبْدِالرَّحْمَنِالْكِنْدِيُّالْكُوفِيُّحَدَّثَنَازَيْدُبْنُحُبَابٍقَالَوَأَخْبَرَنِيسُفْيَانُالثَّوْرِيُّعَنْمُحَمَّدِبْنِعَبْدِالرَّحْمَنِبْنِأَبِيلَيْلَىعَنْالشَّعْبِيِّعَنْعَبْدِالرَّحْمَنِبْنِأَبِيلَيْلَىعَنْأَبِيأَيُّوبَالْأَنْصَارِيِّقَالَقَالَرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَمَنْقَالَعَشْرَمَرَّاتٍلَاإِلَهَإِلَّااللَّهُوَحْدَهُلَاشَرِيكَلَهُلَهُالْمُلْكُوَلَهُالْحَمْدُيُحْيِيوَيُمِيتُوَهُوَعَلَىكُلِّشَيْءٍقَدِيرٌكَانَتْلَهُعِدْلَأَرْبَعِرِقَابٍمِنْوَلَدِإِسْمَعِيلَقَالَوَقَدْرُوِيَهَذَاالْحَدِيثُعَنْأَبِيأَيُّوبَمَوْقُوفًا
Telah
menceritakan kepada kami Musa bin Abdurrahman Al Kindi Al Kufi telah
menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab ia berkata; dan telah mengabarkan
kepadaku Sufyan Ats Tsauri dari Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Laila dari Asy
Sya'bi dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Abu Ayyub Al Anshari ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang
mengucapkan sepuluh kali: LAA ILAAHA ILLALLAAHU WAHDAHU LAA SYARIIKA LAH, LAHUL
MULKU WA LAHUL HAMDU YUHYII WA YUMIITU WA HUWA 'ALAA KULLI SYAI-IN QADIIR
(Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tidak ada sekutu
bagiNya, milikNya semua kerajaan dan bagiNya seluruh pujian, Dia Yang
menghidupkan, serta mematikan, dan Dia Maha Mampu melakukan segala sesuatu)
maka baginya seperti memerdekakan empat orang budak dari anak Isma'il."
Abu Isa berkata; dan hadits ini telah diriwayatkan dari Abu Ayyub secara
mauquf.
3.
Hadits
tentang keutamaan iman no.26
عن أبي أمامة رضي الله عنه أن رجلا سأل
رسول الله ﷺ ما الإيمان ؟ قال: إذا سرتك حسنتك وساءتك سيئتك فأنت مؤمن قال: يا
رسول الله فما الإثم قال: إذا حاك في نفسك شيء فدعه . رواه أحمد وصححه الألباني
Sumber hadit tersebut adalah sebagai berikut:
Sumber : Ahmad
Kitab : Sisa musnad sahabat Anshar
Bab : Hadits Abu Umamah Al Bahili Ash Shuda bin 'Ajlan bin 'Amru
bin …
No. Hadist : 21138
Adapun teks hadit lengkap dari riwayat ahmad adalah sebagai
berikut:
حَدَّثَنَاإِبْرَاهِيمُبْنُخَالِدٍحَدَّثَنَارَبَاحٌعَنْمَعْمَرٍعَنْيَحْيَىبْنِأَبِيكَثِيرٍعَنْزَيْدِبْنِسَلَّامٍعَنْجَدِّهِقَالَسَمِعْتُأَبَاأُمَامَةَيَقُولُسَأَلَرَجُلٌالنَّبِيَّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفَقَالَمَاالْإِثْمُفَقَالَإِذَاحَكَّفِينَفْسِكَشَيْءٌفَدَعْهُقَالَفَمَاالْإِيمَانُقَالَإِذَاسَاءَتْكَسَيِّئَتُكَوَسَرَّتْكَحَسَنَتُكَفَأَنْتَمُؤْمِنٌ
Telah menceritakan kepada kami Ibrohim bin Kholid telah
menceritakan kepada kami Rabah dari Ma'mar dari Yahya bin Abu Katsir dari Zaid
bin Sallam dari kakeknya berkata; Aku mendengar Abu Umamah berkata: Seseorang
bertanya pada Nabi ShallallahuAlaihiWasallam; Apa itu dosa? Rasulullah
Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Bila sesuatu menggelisahkan hatimu
tinggalkan." Orang itu bertanya; Apa itu iman? Rasulullah
Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Bila kejelekanmu menggelisahkanmu
dan kebaikanmu menggembirakanmu berarti engkau mu`min."
4.
Hadits
no.12 bab Keutamaan Istikharah
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما قال كان رسول الله ﷺ يعلمنا الاستخارة في الأمور كلها كما يعلمنا السورة من القرآن يقول: «إذا
هَمّ أحدكم بالأمر فليركع ركعتين من غير الفريضة ثم ليقل اللهم إني أستخيرك بعلمك
وأستقدرك بقدرتك وأسألك من فضلك العظيم فإنك تقدر ولا أقدر وتعلم ولا أعلم وأنت
علام الغيوب اللهم إن كنت تعلم أن هذا الأمر خير لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري أو
قال عاجل أمري وآجله فاقدره لي ويسره لي ثم بارك لي فيه وإن كنت تعلم أن هذا الأمر
شر لي في ديني ومعاشي وعاقبة أمري أو قال في عاجل أمري وآجله فاصرفه عني واصرفني
عنه واقدر لي الخير حيث كان ثم أرضني قال ويسمي حاجته». البخاري
Pada bab ini terdapat hadits mengenai istikharah. Setelah
kami takhrij, hadits ini terdapat dalam riwayat Bukhari kitab “Jum'at” Bab “Shalat
Sunnah Dilaksanakan Dengan Dua Raka'at Dua Raka'at” No. Hadist 1096.Berikut teks hadits lengkap sanad dan
matan nya.
حَدَّثَنَاقُتَيْبَةُقَالَحَدَّثَنَاعَبْدُالرَّحْمَنِبْنُأَبِيالْمَوَالِيعَنْمُحَمَّدِبْنِالْمُنْكَدِرِعَنْجَابِرِبْنِعَبْدِاللَّهِرَضِيَاللَّهُعَنْهُمَاقَالَكَانَرَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيُعَلِّمُنَاالِاسْتِخَارَةَفِيالْأُمُورِكُلِّهَاكَمَايُعَلِّمُنَاالسُّورَةَمِنْالْقُرْآنِيَقُولُإِذَاهَمَّأَحَدُكُمْبِالْأَمْرِفَلْيَرْكَعْرَكْعَتَيْنِمِنْغَيْرِالْفَرِيضَةِثُمَّلِيَقُلْاللَّهُمَّإِنِّيأَسْتَخِيرُكَبِعِلْمِكَوَأَسْتَقْدِرُكَبِقُدْرَتِكَوَأَسْأَلُكَمِنْفَضْلِكَالْعَظِيمِفَإِنَّكَتَقْدِرُوَلَاأَقْدِرُوَتَعْلَمُوَلَاأَعْلَمُوَأَنْتَعَلَّامُالْغُيُوبِاللَّهُمَّإِنْكُنْتَتَعْلَمُأَنَّهَذَاالْأَمْرَخَيْرٌلِيفِيدِينِيوَمَعَاشِيوَعَاقِبَةِأَمْرِيأَوْقَالَعَاجِلِأَمْرِيوَآجِلِهِفَاقْدُرْهُلِيوَيَسِّرْهُلِيثُمَّبَارِكْلِيفِيهِوَإِنْكُنْتَتَعْلَمُأَنَّهَذَاالْأَمْرَشَرٌّلِيفِيدِينِيوَمَعَاشِيوَعَاقِبَةِأَمْرِيأَوْقَالَفِيعَاجِلِأَمْرِيوَآجِلِهِفَاصْرِفْهُعَنِّيوَاصْرِفْنِيعَنْهُوَاقْدُرْلِيالْخَيْرَحَيْثُكَانَثُمَّأَرْضِنِيقَالَوَيُسَمِّيحَاجَتَهُ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah berkata, telah menceritakan
kepada kami 'Abdurrahman bin Abu Al Mawaliy dari Muhammad bin Al Munkadir dari
Jabir bin 'Abdullah radliallahu 'anhua berkata: "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mengajari kami shalat istikharah dalam setiap urusan yan kami
hadapi sebagaimana Beliau mengajarkan kami AL Qur'an, yang Beliau shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Jika seorang dari kalian menghadapi masalah
maka ruku'lah (shalat) dua raka'at yang bukan shalat wajib kemudian berdo'alah:
"Allahumma inniy astakhiiruka bi 'ilmika wa astaqdiruka biqudratika wa
as-aluka min fadhlikal 'azhim, fainnaka taqdiru wa laa aqdiru wa ta'lamu wa laa
'Abdullah'lamu wa anta 'allaamul ghuyuub. Allahumma in kunta ta'lamu anna
haadzal amru khairul liy fiy diiniy wa aku ma'aasyiy wa 'aafiyati amriy"
atau; 'Aajili amriy wa aajilihi faqdurhu liy wa yassirhu liy tsumma baarik liy
fiihi. Wa in kunta ta'lamu anna haadzal amru syarrul liy fiy diiniy wa
ma'aasyiy wa 'aafiyati amriy" aw qaola; fiy 'aajili amriy wa aajilihi
fashrifhu 'anniy washrifniy 'anhu waqdurliyl khaira haitsu kaana tsummar
dhiniy". Beliau bersabda: Dan sebutlah keperluannya" (Ya Allah aku
memohon pilihan kepadaMu dengan ilmuMu dan memohon kemampuan dengan kekuasaanMu
dan memohon kepadaMu dengan karuniaMu yang Agung, karena Engkau Maha berkuasa
sedang aku tidak berkuasa, Engkau Maha Mengetahui sedang aku tidak mengetahui
karena Engkaulah yang Maha Mengetahui perkara yang ghoib. Ya Allah bila Engkau
mengetahui bahwa urusan ini baik untukku, bagi agamaku, kehidupanku dan
kesudahan urusanku ini atau Beliau bersabda; di waktu dekat atau di masa nanti maka
takdirkanlah buatku dan mudahkanlah kemudian berikanlah berkah padanya. Namun
sebaliknya, ya Allah bila Engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk untukku,
bagi agamaku, kehidupanku dan kesudahan urusanku ini atau Beliau bersabda; di
waktu dekat atau di maa nanti maka jauhkanlah urusan dariku dan jauhkanlah aku
darinya dan tetapkanlah buatku urusn yang baik saja dimanapun adanya kemudian
paskanlah hatiku dengan ketepanMu itu". Beliau bersabda: "Dia
sebutkan urusan yang sedang diminta pilihannya itu".
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa, kitab Tsalatsuna fi Fadhoil al-A’mal adalah kitab hadits yang
menjelaskan tentang keutamaan-keutamaan amal. Pengarangnya adalah Ahmad bin
Muhammad al-Sya’lan, namun sampai hari ini penulis belum menemukan biografinya.
Kelebihan dari kitab tersebut adalah bentuk
perngatan terhadap kaum musimin yang kurang menghayati dan meningkatkan
amalnya.
B. Kritik dan Saran
Idza Tamma al-Amru Bada Naqshuhu. Kami
sadari makalah ini jauh dari sempurnya, bahkan cukup. Sebab
penjelasan-penjelasan dalam makalah ini dengan keterbatasan kami masih sangat
kurang dari yang diharapkan teman-teman. Sehingga sangat kami harapkan kritik
dan saran yang membangun sehingga makalah ini bisa menjadi makalah yang
diharapkan teman-teman. Kiranya cukup sekian. Wallahu a’lam bisshowab....
Daftar Pustaka
Kitab Tsalatsuna fi Fadhail al-A’mal
Langganan:
Postingan (Atom)